Banyumas Extravaganza

Gelaran Budaya Banyumas untuk memperingati HUT Banyumas ke 431.

Kawah Timbang Banjarnegara

Gas beracun Kawah Timbang mengepul mengeluarkan gas beracun.

Batik Maos

Motif alam Batik Maos didominasi nuansa agraris.

Kembang Kamboja

Penjaga makam memanfaatkan waktu luang untuk mencari Kembang Kamboja.

Longsor Brebes

Tim SAR sedang mencari korban yang tertimbun longsor di Desa Plompong Brebes.

Rabu, 21 Agustus 2013

Rektor Unsoed Ditahan Karena Kasus Korupsi



PURWOKERTO – Kejaksaan Negeri Purwokerto akhirnya menahan Rektor Unsoed Edy Yuwono karena perkara korupsi. Selain rektor, kejaksaan juga menahan Pembantu Rektor IV Unsoed Budi Rustomo dan Kepala Unit Pelaksana Teknis Percetakan Winarto Hadi.

“Saat ini tersangka yang ditahan kami titipkan di Lapas Purwokerto,” kata Kepala Kejaksaan Negeri Purwokerto, A Dita Prawitaningsih, Rabu (21/8) di Kejaksaan Negeri Purwokerto.

Ia mengatakan, Edy Yuwono menjalani pemeriksaan sejak pukul 09.00 pagi. Setelah diperiksa hingga pukul 14.30, Edy bersama dua tersangka lainnya langsung dibawa ke Lapas Purwokerto menggunakan mobil tahanan khusus kasus korupsi.

Dita menambahkan, total saat ini ada empat tersangka. Satu tersangka lainnya, Suatmadji, Asisten Manajer CSR PT Aneka Tambang saat ini belum ditahan.

Ia mengatakan, hasil audit dari BPKP sudah selesai. Kejaksaan bersama BPKP sudah melakukan ekspose terkait nilai kerugian negara. Berdasarkan audi tersebut, kerugian negara akibat perbuatan mereka mencapai Rp 2,154 miliar. Total nilai proyek kerjasama Unsoed-PT Antam untuk pemberdayaan masyarakat di pesisir Purworejo mencapai Rp 5,8 miliar.

Menurut dia, tersangka ditahan karena dikhawatirkan akan menghilangkan barang bukti, kabur, atau mengulangi perbuatannya kembali. Selain itu, secara obyektif tersangka diancam hukuman lebih dari lima tahun. Tersangka dijerat dengan pasal 2,3 dan 9 UU Tindak Pidana Korupsi.

Dita menambahkan, penahanan tersebut merupakan bukti bahwa kejaksaan serius menyelesaikan kasus tersebut. “Selama ini ada yang meragukan bahwa kasus ini akan dibawa ke pengadilan, buktinya kami menahan tersangka,” kata dia menambahkan.

Menurut dia, berkas perkara tersebut akan segera dilimpahkan ke pengadilan. Hanya saja, ia belum memastikan kapan berkas akan dilimpahkan ke pengadilan. “Secepatnya,” kata dia.

Koordinator Tim Penyidikan Kasus Korupsi Unsoed, Sunarwan mengatakan, sebelum ditahan Edy Yuwono sempat diperiksa terkait aliran dana CSR PT Antam. “Kalau seluruh bukti sudah ada pada kami semua,” katanya.

Dana CSR PT Antam untuk pemberdayaan masyakat bekas tambang di Desa Munggangsari Kecamatan Grabag Purworejo selama ini dikelola oleh Tim 9 atau yang biasa dikenal dengan Walisongo. Tim 9 itu yakni, Rektor Edy Yuwono, Pembantu Rektor IV, Budi Rustomo selaku koordinator proyek, Darsono Dosen Biologi, Winarto Hadi Kepala UPT percetakan, Muhammad Bata ahli penggemukan sapi, Imam Widiono Dosen Biologi, Purnama Sukardi Dosen Sains, Tengku Junaidi, dan Saparso Dosen Pertanian. Sebagian besar merupakan ahli di bidang pertanian dan peternakan.

Pembantu Rektor I Unsoed, Masyedi Sumaryadi mengaku kaget dengan kabar penahanan itu. “Tentu kami terkejut karena sebelumnya keadaan adem ayem,” katanya.

Secara kelembagaan, kata dia, Unsoed akan membentuk tim pembela untuk mendampingi seluruh tersangka. Langkah pertama, kata dia, Tim advokasi akan mengajukan penangguhan penahanan. “Untuk oeprasional kampus, kami belum memikirkannya. Nanti akan kami bicarakan lagi,” katanya.

Anggota Tim Litigasi Unsoed, Hibnu Nugroho mengatakan, penahan rektor tidak diperlukan. “Selama ini rektor kooperatif dan tidak ada niat untuk kabur,” katanya.

Ia menambahkan, jika harus menghadiri sidangpun, rektor akan selalu siap hadir dan tak perlu untuk ditahan. “Seharusnya tidak perlui ditahan,” kata dia.

Kuasa hukum tiga tersangka, Arif Pratiknyo menyesalkan penahanan tersebut. “Rektor itu kan ikon Unsoed, tidak baik untuk citra Unsoed,” katanya.

Segera, kata dia, tim hukum akan mengajukan penangguha penahanan untuk tiga tersangka. “Malam ini atau besok pagi, surat penangguhan akan kami layangkan,” katanya. Ia menduga penahanan rektor ada unsur politis tanpa menjelaskan maksudnya.


Kronologi Kasus Korupsi Unsoed
PURWOKERTO – Tiga pejabat Unsoed dan satu pejabat PT Antam ditetapkan sebagai tersangka kasus korupsi penyalahgunaan dana CSR PT Antam. Tiga di antaranya sudah ditahan yakni, Rektor Unsoed Edy Yuwono, Pembantu Rektor I Unsoed Budi Rustomo dan Kepala UPT Percetakan Winarto Hadi. Sedangkan tersangka lainnya, Asisten Manajer CSR PT Antam Suatmadji belum ditahan.

Berikut peran masing-masing tersangka bersumber dari kejaksaan:
Suatmadji mendapatkan cash back sebesar Rp 580 juta atau 10 persen dari nilai proyek. Saat dikonfirmasi, ia membantahnya. "Tidak, tidak ada itu," kata dia.

Winarto Hadi. Saat dikonfirmasi tentang keterlibatannya sebagai kasir aliran duit proyek, ia membantahnya. "Bukan, bukan saya," kata dia. Mobil dari hasil proyek Antam atas nama dirinya, sudah disita kejaksaan.

Winarto Hadi merupakan Kepala UPT Percetakan dan Penerbitan Unsoed yang masuk Tim Teknis proyek kerjasama Antam-Unsoed di Desa Munggangsari Kecamatan Grabag Purworejo.

Budi Rustomo, Pembantu Rektor IV Unsoed, Koordinator Proyek. Ia merupakan otak operasional proyek tersebut.

Nama lainnya yakni Saparso, kepala proyek yang dijulukin sang penakluk lahan pasir gersang. Ia belum dijadikan tersangka.

Selain itu ada nama, Purnama Sukardi anggota Tim Teknis dan Mohammad Bata, dosen peternakan yang dijuluki ahli penggemukan sapi dengan teknik pakan fermentasi. Keduanya belum ditetapkan sebagai tersangka.

Berdasarkan penelusuran dokumen yang Tempo lakukan, pada 14-16 September , Winarto hadi melakukan sejumlah transfer uang kepada anggota tim. Transferan dilakukan untuk membeli sejumlah mobil yang belakangan sudah disita kejaksaan.

Selain untuk membeli mobil, uang juga mengalir ke rekening sejumlah anggota tim. Seperti Purnama Sukardi, ia mendapat transferan senilai Rp 50 juta sebagai dana pelaksanaan program pemberdayaan Pantai Ketawang Desa Munggangsari Grabag Purworejo.

Ada juga transfer untuk Rektor Edy Yuwono senilai Rp 175 juta juga untuk kegiatan yang sama. Berikutnya transfer untuk Mohammad Bata senilai Rp 150 juta. Pada Jumat pekan lalu, uang ini sudah diserahkan ke kejaksaan. “Benar uang tersebut sudah diserahkan dan disita penyidik,” kata Ketua Tim Penyidik Kejaksaan Negeri Purwokerto, Sunarwan.

Ia mengatakan, uang tersebut berasal dari proyek kerjasama Unsoed dengan PT Antam. Selain uang, empat kendaraan yang dibeli dari dana proyek itu juga sudah disita.
Hari-hari sibuk tengah dijalani Winarto Hadi pada pertengahan September 2011. Selain sibuk mencari kendaraan roda empat, ia juga harus menyiapkan uang untuk sejumlah koleganya yang sebagian besar pejabat di Universitas Jenderal Soedirman.

“Sehari setelah dana dari Antam cair, mereka langsung rapat dan sepakat untuk membeli kendaraan,” kata sumber Tempo yang pernah terlibat dalam proyek kerjasama Unsoed dengan PT. Aneka Tambang, Senin (18/2).

Dugaan kasus korupsi proyek dengan nilai Rp 5,8 miliar ini kini tengah disidik oleh Kejaksaan Negeri Purwokerto. Sejumlah petinggi Unsoed sudah dipanggil kejaksaan untuk menjalani pemeriksaan.

Winarto Hadi merupakan Kepala UPT Percetakan dan Penerbitan Unsoed yang masuk Tim Teknis proyek kerjasama Antam-Unsoed di Desa Munggangsari Kecamatan Grabag Purworejo. Selain Winarto, anggota tim lainnya yakni Budi Rustomo, Pembantu Rektor IV Unsoed. Nama lainnya yakni Saparso, kepala proyek yang dijulukin sang penakluk lahan pasir gersang.

Selain itu ada nama, Purnama Sukardi anggota Tim Teknis dan Mohammad Bata, dosen peternakan yang dijuluki ahli penggemukan sapi dengan teknik pakan fermentasi. Mereka selama ini dikenal dengan Tim 9 atau Walisongo bersama sejumlah petinggi lainnya yang bertugas mencari kerjasama dengan pihak lain.

Berdasarkan penelusuran dokumen yang Tempo lakukan, pada 14-16 September , Winarto hadi melakukan sejumlah transfer uang kepada anggota tim. Transferan dilakukan untuk membeli sejumlah mobil yang belakangan sudah disita kejaksaan.

Selain untuk membeli mobil, uang juga mengalir ke rekening sejumlah anggota tim. Seperti Purnama Sukardi, ia mendapat transferan senilai Rp 50 juta sebagai dana pelaksanaan program pemberdayaan Pantai Ketawang Desa Munggangsari Grabag Purworejo.


Ada juga transfer untuk Rektor Edy Yuwono senilai Rp 175 juta juga untuk kegiatan yang sama. Berikutnya transfer untuk Mohammad Bata senilai Rp 150 juta. Pada Jumat pekan lalu, uang ini sudah diserahkan ke kejaksaan. “Benar uang tersebut sudah diserahkan dan disita penyidik,” kata Ketua Tim Penyidik Kejaksaan Negeri Purwokerto, Sunarwan.

Ia mengatakan, uang tersebut berasal dari proyek kerjasama Unsoed dengan PT Antam. Selain uang, empat kendaraan yang dibeli dari dana proyek itu juga sudah disita dan saat ini diparkir di halaman kejaksaan.

Pengacara Edy Yuwono, Untung Waryono mengatakan, saat ini kejaksaan sedang memeriksa Edy terkait kasus Antam. “Kalau soal materi pemeriksaan, nanti saja,” katanya.

Selain mendampingi Edy, ia juga akan menjadi pengacara bagi Pembantu Rektor II, Eko Haryanto yang dijadwalkan diperiksa setelah Edy. Sementara evaluator proyek tersebut, Suatmadji dijadwalkan diperiksa pada Selasa (19/2) besok.

Suatmadji diduga menerima fee cash back karena jasanya menggolkan proyek itu. Sebagai Manager Post Mining PT Antam, ia diduga menerima 10 persen dari total nilai proyek sebesar Rp 5,8 miliar itu.


Jumat, 19 April 2013

Tasripin Menangis Mendapat Hadiah dari Presiden



PURWOKERTO – Staf Khusus Presiden Bidang Pangan dan Energi, Hariyanto mendatangi rumah Tasripin di Desa Gunung Lurah Kecamatan Cilongok Banyumas. Tangisan haru membuncah di sudut mata Tasripin saat segepok uang bantuan Presiden SBY diserahkan oleh Hariyanto.

“Ini dari  Bapak Presiden, digunakan sebaik-baiknya. Sekolah yang rajin ya,” ujar Hariyanto saat menyerahkan segepok uang yang terbungkus dalam amplop coklat itu, Jumat (19/4).

Hariyanto diutus khusus Presiden SBY untuk melihat kondisi Tasripin. Ia datang dari Jakarta menggunakan kereta api.

Dari Purwokerto, Hariyanto langsung meluncur ke rumah Tasripin yang jaraknya mencapai 22 kilometer. Untuk menuju ke rumah Tasripin, harus menempuh jalan yang sangat terjal dan membahayakan. Terutama saat hujan turun.

Kepada Hariyanto, Tasripin mengungkapkan mengapa ia menangis. “Saya senang. Terimakasih bantuannya,” kata bocah 12 tahun yang merawat ketiga adiknya sendirian itu. Ibunya sudah meninggal dan ayahnya bekerja di Baturraden.

Sebelum kembali ke rumahnya, Tasripin dan adiknya sempat diinapkan di Hotel Wisata Niaga. Berbagai jajanan yang tak pernah ia cicipi, dicobanya. Termasuk es krim yang baru pertama kali ia nikmati. “Ini baru pertama kali saya makan es krim,” kata Dandi, adik Tasripin.

Selama di Purwokerto, penampilan Tasripin dan adiknya bertambah bersih. Tak kusut lagi. Pakaian yang dikenakan juga berganti-ganti.

ARIS ANDRIANTO


Tasripin Senang Dihadiahi Kambing
Bantuan terus mengalir kepada Tasripin. Mulai dari barang-barang hingga uang puluhan juta rupiah. Tapi, Tasripin mengaku paling suka mendapat bantuan kambing.

 “Wah senang sekali bisa dapat kambing,” kata Tasripin, Jumat (19/11).

 Tasripin, 12 tahun, bocah asal Desa Gunung Lurah Kecamatan Cilongok Banyumas harus mejaga dan menjadi kepala keluarga untuk ketiga adiknya. Ibunya sudah meninggal dunia saat menambang pasir. Sementara kakak tertuanya dan ayahnya bekerja di Kalimantan.



Saat ini Tasripin menginap di Hotel Wisata Niaga Purwokerto. Rumahnya direnovasi tentara agar layak dihuni. Ayahnya sedang dalam perjalanan pulang dari Kalimantan.



Tasripin mengaku sangat kangen dengan ayahnya. Ia tak sabar ketemu ayah yang sudah meninggalkannya selama delapan bulan. “Saya ingin bareng bapak lagi di rumah,” katanya.



Komandam Kodim 0701 Banyumas, Letkol Infantri Helmi Tachejadi Soerjono saat menjenguk Tasripin di hotel mengatakan, Tasripin akan dibawa kembali ke rumah setelah renovasi. “Hari ini Tasripin akan dibawa kembali ke rumah agar dia bisa menyesuaikan dengan lingkungannya,” kata Helmi.



Ia mengatakan renovasi rumah sudah berjalan sekitar 90 persen. Ia sudah meminta Tasripin untuk melanjutkan sekolah agar masa depannya cerah.



Masih menurut Helmi, salah seorang staf khusus kepresidenan akan mengunjungi rumah Tasripin. “Nanti siang aka nada rombongan dari staf khusus presiden,” katanya.



Helmi menambahkan, ia kaget mendengar Tasripin belum pernah main ke Purwokerto. Padahal, jarak ibu kota Kabupaten Banyumas itu hanya 22 kilometer dari rumah Tasripin. “Dia senang sekali bisa jalan-jalan ke kota,” katanya.


Pesan SBY untuk Tasripin
PURWOKERTO – Melalui staf khusus Presiden Bidang Pangan dan Energi, Hariyanto, Presiden SBY menitipkan pesan untuk Tasripin. Presiden meminta agar Tasripin melanjutkan sekolahnya.

“Saya bangga dengan kekuatan dan keteguhan Nak Tasripin menghidupi ketiga adik-adiknya,” ujar Presiden SBY seperti ditirukan Haryanto, Jumat (19/4).

Haryanto melanjutkan Presiden mengaku terenyuh dengan perjuangan Tasripin. Hanya saja, kata Hariyanto, Tasripin diminta Presiden untuk melanjutkan sekolah.

Ia juga meminta pemerintah desa dan pemerintah daerah untuk lebih memperhatikan rakyatnya. “Kasus seperti ini kan tidak hanya satu dua, pasti ada yang lainnya,” kata dia.

Menjawab pertanyaan Hariyanto, Tasripin bertekad untuk melanjutkan sekolah. Tasripin sendiri keluar dari sekolah saat ia kelas tiga SD karena harus mengurus adik-adiknya. “Saya ingin melanjutkan sekolah dan bercita-cita menjadi guru,” kata Tasripin.

Tasripin mengaku bersyukur mendapat bantuan segepok bantuan uang dari Presiden SBY.  Ia sendiri mengaku tak menyangka mendapat bantuan dari Presiden SBY.

Hanya saja, saat ditanya siapa Presiden Indonesia. Tasripin tampak gagap. Ia tak hapal nama presidennya. Baru setelah dibimbing, ia menjawab “Bambang Sudiyono,” ujar Tasripin, mengacu pada nama Presieden Susilo Bambang Yudhoyono.

ARIS ANDRIANTO

Unsoed Akan Lanjutkan Proyek yang Diduga Dikorupsi



PURWOKERTO – Kejaksaan Negeri Cilacap masih menyelidiki kasus dugaan korupsi kerjasama Universitas Jenderal Soedirman dengan PT Aneka Tambang. Meski bermasalah, Unsoed bersikukuh melanjutkan proyek yang diduga merugikan keuangan negara hingga Rp 2 miliar itu.

“Proyek ini berhasil dan akan kami teruskan,” kata salah satu anggota Tim 9 atau lebih dikenal dengan kelompok Walisongo, Muhammad Bata, Jumat (19/4).

Kelompok Walisongo sengaja mengundang wartawan dan diminta mendengarkan paparan keberhasilan proyek itu. Hampir semua anggota Walisongo hadir dalam pemaparan, kecuali Pembantu Rektor IV Budi Rustomo.

Sebelumnya, mereka sangat sulit untuk ditemui wartawan yang akan meminta konfirmasi. Tim juga akan mengajak wartawan mengunjungi lokasi, Sabtu (20/4). “Kami siapkan bus Unsoed untuk wartawan,” kata Bata.

Dari kasus tersebut, Kejaksaan Negeri Purwokerto sudah menetapkan tiga tersangka termasuk Rektor Unsoed Edy Yuwono.  Dua lainnya yakni Winarto Hadi, bendahara proyek dan Suatmadji dari PT Antam.

Muhammad Bata mengatakan, ia mengaku sangat stres saat dipanggil kejaksaan. Ia mengaku, meski ada masalah, Tim akan berkomitmen melanjutkan program pemberdayaan masyarakat di lokasi bekas tambang itu.

Purnama Sukardi, salah satu anggota tim menjelaskan, proyek tersebut dinilai berhasil karena mendapatkan penghargaan CSR Awards. “Proyek ini mengalahkan UGM dan IPB,” katanya.

Ia sendiri membantah tidak ada tindak pidana korupsi dalam kasus itu seperti yang dituduhkan kejaksaan. Menurut dia, program pemberdayaan masyarakat menuju masyarakat mandiri hampir berhasil. “Pemberdayaan kan bertahap, tidak langsung berhasil,” kilahnya.

Rektor Unsoed, Edy Yuwono yang biasanya sulit ditemui juga ikut urun bicara. “Kami bingung kasus korupsinya di mana?” kata dia.

Ia mengatakan, proyek Antam akan dilanjutkan kembali. Saat ini memang agak melambat karena ada pemeriksaan di kejaksaan.

Saat ini, kata Edy, Tim sedang membangun agen perubahan dari masyarakat. Agen perubahan ini nantinya yang akan mengajak masyarakat agar lebih mandiri.

Kepala Seksi Pidana Khusus Kejaksaan Negeri Purwokerto, Hasan Nurodin Achmad mengatakan, kejaksaan sedang mempercepat pemberkasan ketiga tersangka agar bisa masuk pengadilan. “Secepatnya kami selesaikan,” katanya.

Ia mempersilahkan tersangka dan kuasa hukumnya untuk berkomentar apa saja di media massa. “Kami sudah mengantongi semua buktinya, tunggu saja,” kata dia menambahkan.

ARIS ANDRIANTO 

Sejumlah 49 Nelayan Cilacap Hilang di Sekitar Pulau Christmas



CILACAP – Pencarian 49 nelayan asal Cilacap yang diterjang Badai Victoria pada Selasa (9/4) malam terus dilakukan oleh nelayan. Pemerintah maupun Tim SAR tak mampu menjangkau lokasi tenggelamnya empat kapal yang membawa 72 anak buah kapal itu.

“Dari proses evakuasi yang dilakukan nelayan, 22 ABK berhasil diselamatkan dan satu ditemukan meninggal dunia,” kata Koordinator Basarnas Pos Cilacap, Tri Joko Priyono, Jumat (19/4).

Empat kapal itu, Tri merinci, yakni kapal Evani 1 dengan bobot mati 87 gross ton. Kapal ini membawa 34 ABK. Dari jumlah itu, delapan ditemukan selamat dan satu orang ditemukan meninggal dunia.

Kapal kedua, Tri melanjutkan, yakni kapal Putra Madura dengan bobot mati 28 gross ton. Kapal ini membawa 16 ABK. Dari jumlah itu, 14 ditemukan selamat dan dua ABK masih dalam pencarian.

Kapal selanjutnya yakni kapal Horizon Jaya Abadi dengan bobot mati 28 gross ton. Membawa delapan ABK, semuanya belum ditemukan. Kapal terakhir yakni kapal Anita Jaya 2 dengan bobot mati 28 gross ton. Membawa 14 ABK dan masih hilang semua.

Tri mengatakan, Basarnas tak mampu melakukan evakuasi karena jauhnya lokasi. Lokasi kejdian diperkirakan sejauh 350 kilometer dari Cilacap.

Wakil Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Cilacap Indon Cahyono mengatakan,  kapal tersebut berasal dari Cilacap, tiga di antarnya jenis longline milik Cong Wan jenis longline dan satu kapal purseine milik Ce Ce. “Dari informasi yang ada, sebagian besar diturunkan di Pelabuhan Ratu Jabar. Namun, tidak tahu nanti, apakah ada yang akan dibawa ke Cilacap,”katanya.

Menurut Indon, peristiwa tenggelamnya empat kapal tersebut terjadi pada Selasa malam akibat terjangan badai Victoria yang ketinggiannya mencapai 7 meter.  

Mantan Ketua Asosiasi Pengusaka Kapal Penangkap Ikan Cilacap, Sanpo mengatakan, keempat kapal itu  berangkat dari Pelabuhan Perikanan Samudra Cilacap (PPSC), sekitar 2 bulan silam. Dari keempat kapal tersebut, tiga kapal merupakan jenis kapal longline untuk menangkap ikan jenis tuna, sedangkan satu kapal lainnya merupakan kapal jenis pursuim yang biasanya digunakan untuk menangkap ikan jenis Cakalang.

Dia juga membantah bila kapal-kapal tersebut tenggelam di sekitar perairan Pulau Christmas yang masuk teritori Australia. ''Nelayan kita tidak ada yang berani kalau sampai masuk ke wilayah perairan negara lain,'' katanya.

ARIS ANDRIANTO

Rabu, 17 April 2013

Situs Batur Lumpang Baturraden