Banyumas Extravaganza

Gelaran Budaya Banyumas untuk memperingati HUT Banyumas ke 431.

Kawah Timbang Banjarnegara

Gas beracun Kawah Timbang mengepul mengeluarkan gas beracun.

Batik Maos

Motif alam Batik Maos didominasi nuansa agraris.

Kembang Kamboja

Penjaga makam memanfaatkan waktu luang untuk mencari Kembang Kamboja.

Longsor Brebes

Tim SAR sedang mencari korban yang tertimbun longsor di Desa Plompong Brebes.

Selasa, 26 Februari 2013

Kejaksaan Telusuri Kekayaan Rektor Unsoed



PURWOKERTO –  Kejaksaan Negeri Purwokerto terus mendalami dugaan kasus korupsi yang melibatkan sejumlah pejabat teras Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto. Saat ini mereka sedang menelusuri kekayaan sejumlah tersangka yang diduga berasal dari uang korupsi.

Senin, 25 Februari 2013

Kualitas Proyek Unsoed-Antam Dibawah Standar



PURWOREJO – Kejaksaan Negeri Purwokerto berencana melihat lokasi proyek kerjasama Unsoed-PT Aneka Tambang di Desa Munggangsari Kecamatan Grabag Purworejo. Proyek tersebut dinilai bermasalah dan menjadi ladang korupsi sejumlah pejabat teras Unsoed dan PT Antam.

“Setelah pemeriksaan selesai, kami akan melihat lokasi proyek,” kata Ketua Tim Penyidik Korupsi Unsoed Kejari Purwokerto, Sunarwan, Senin (25/2).

Ia mengatakan, kejaksaan mencium dugaan indikasi permainan proyek dalam kerjasama itu. Menurut dia, secara fisik proyek itu memang ada. Namun, kata dia, secara kuantitas dan kualitas proyek tersebut masih harus diperiksa apakah sesuai standar atau tidak.

Kejari Purwokerto saat ini sudah menetapkan tiga tersangka dugaan kasus korupsi proyek dengan nilai Rp 5,8 miliar itu. Tiga tersangka itu yakni, Rektor Unsoed , Edy Yuwono. Dua lainnya, Asisten Senior Manager CSR PT Antam, Suatmadji dan Kepala Unit Pelaksana Teknis Percetakan, Winarto Hadi.

Ketiga orang tersebut hingga saat ini belum ditahan. Kepala Kejaksaan Negeri Purwokerto, A Dita Prawitaningsih mengatakan, selain tiga tersangka, masih ada calon tersangka lainnya. “Masih kami dalami termasuk nilai kerugian negara yang saat ini baru Rp 2 miliar, masih akan bertambah,” katanya.

Hari ini, kejaksaan kembali memeriksa dua anggota pelaksana proyek yang dikenal dengan Tim 9 atau Walisongo. Kedua orang itu yakni Pembantu Rektor IV, Budi Rustomo dan Imam Widiono, Ketua Lembaga Pengembangan Pembelajaran Penjamin Mutu dan Kerjasama (LP3K) Unsoed.

Menurut salah satu petani Desa Munggangsari, Giran Gani, yang juga anggota Gabungan Kelompok Tani Maju Makmur, sejak ia keluar dari proyek itu, tak ada perubahan berarti secara fisik. “Saya ikut terlibat mulai tahun 2009 hingga 2010 akhir,” katanya.

Menurut dia, ladangnya persis bersebelahan dengan lahan pertanian milik Unsoed-Antam. Sejak ditinggalkannya, proyek yang dikembangkan hanya seluas 2,5 hektare dari kalusul awal mencapai 5,5 hektare.

Akhir 2010, kata dia, ada dua kandang kambing dengan ukuran panjang 50 meter dan lebar 8 meter. Saat ini, hanya ada tambahan satu kandang dengan panjang 60 meter dan lebar 8 meter. “Selain itu tidak ada penambahan fasilitas lain,” katanya.

Ia menaksir, total semua anggaran proyek itu hanya Rp 800 juta. Menurut dia, proyek itu sudah sangat besar bagi orang desa. “Proyek hanya dijalankan oleh beberapa orang saja, bukan pemberdayaan petani di desa sini,” kata dia.

Dulu, kata dia menambahkan, pada saat awal proyek Walisongo masih mengendarai kendaraan plat merah yang ditumpangi hingga enam orang. “Belakangan mereka melihat lokasi proyek dengan mobil sendiri-sendiri,” kata dia menambahkan.

Anggota Tim Non-Litigasi Unsoed, Budiyono mengatakan, kemungkinan yang dinilai korupsi oleh kejaksaan adalah soal pemberian honor dalam tim. “Honor boleh diberikan asal tidak melebihi 30 persen dari nilai proyek,” kata dia.

Menurut dia, aliran dana ke masing-masing anggota tim merupakan hak mereka. Perkara mau dibelikan mobil atau lainnya, “Itu hak mereka,” kata dia menegaskan.



Jumat, 22 Februari 2013

Dicekal, Rektor Unsoed Tak Terlihat di Kampus



PURWOKERTO – Setelah ditetapkan sebagai tersangka atas dugaan kasus korupsi, Rektor Universitas Jenderal Soedirman, Edy Yuwono, tak kelihatan batang hidungnya di kampus. Ia terdeteksi berada di Bandung untuk menghadiri rapat persiapan penerimaan mahasiswa baru.

Malu Punya Rektor Tersangka Korupsi



Kabar penetapan Rektor Unsoed sebagai tersangka terdengar juga oleh Fauzy Zulfikar, mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto. Saat ini, ia baru saja mengikuti Kuliah Kerja Nyata di Desa Losari Kecamatan Rembang Purbalingga. Nun jauh di lereng Gunung Slamet.

Tersangka Korupsi, Rektor Unsoed Dicekal



PURWOKERTO – Kejaksaan Negeri Purwokerto mengeluarkan surat pencekalan untuk tiga tersangka kasus dugaan korupsi kerjasama Universitas Jenderal Soedirman dengan PT Aneka Tambang. Salah satunya adalah Rektor Unsoed, Edy Yuwono.

Kamis, 21 Februari 2013

Kejaksaan Tetapkan Tiga Tersangka Korupsi Unsoed



PURWOKERTO – Setelah melakukan pemeriksaan secara marathon, akhirnya Kejaksaan Negeri Purwokerto menetapkan tiga tersangka kasus dugaan korupsi kerjasama Universitas Jenderal Soedirman dengan PT Aneka Tambang. Mereka diduga menerima aliran dana dari proyek kerjasama pertanian terpadu di Desa Munggangsari Kecamatan Grabag Purworejo.

“Tiga tersangka tersebut yakni, EY, WH dan SMJ,” kata Kasi Penerangan Hukum dan Humas Kejaksaan Tinggi Jawa Tengah, Eko Suwarni, Kamis (21/2).

Ia mengatakan, tiga tersangka tersebut terkait dugaan kasus korupsi proyek PT Antam. Proyek tersebut ditaksir menyebabkan kerugian negara mencapai Rp 2 miliar.

Menurut dia, penetapan tersangka diambil setelah Kejari Purwokerto melakukan ekspose di hadapan Kejati Jawa Tengah. Ia menambahkan, kasus ini masih akan terus dikembangkan. “Kemungkinan masih aka nada tersangka lagi di proyek Antam,” katanya.

Soal ekpose itu, Kepala Seksi Pidana Khusus Kejari Purwokerto, Hasan Nurudin Ahmad membenarkan Kepala Kejaksaan Negeri Purwokerto, A Dita Prawitaningsih  dan Ketua Tim Penyelidikan Korupsi Unsoed, Sunarwan sedang berada di Semarang. “Kemungkinan pulang ke Purwokerto besok,” kata dia.

Koordinator Divisi Monitoring KP2KKN Semarang, Eko Haryanto mengatakan, pihaknya akan terus mengawal kasus ini hingga pengadilan. “Kami ikut memantaunya,” kata dia.

Menurut dia, penetapan ketiga tersangka sudah bisa diduga sebelumnya. Menurutnya, sejumlah pejabat Unsoed lainnya bakal menyusul menjadi tersangka.

EY diduga adalah Rektor Unsoed, Edy Yuwono. Ia sudah tiga kali diperiksa kejaksaan. Berdasarkan penelusuran dokumen yang dimiliki Tempo, Edy Yuwono menerima transfer dana sejumlah Rp 175 juta dan sebuah mobil. Soal ini, pengacaranya, Untung Waryono membantahnya.

Sementara, WH diduga adalah Winarto Hadi. Ia adalah kasir proyek tersebut. Dana dari Antam masuk ke tiga rekening pribadinya. Dari rekening inilah, ia membaginya ke sejumlah pejabat yang terlibat dalam tim itu. Ia sendiri mendapatkan mobil terios yang sudah disita kejaksaan. Saat dikonfirmasi, Winarto membantahnya. “Tidak, tidak ada dana itu,” katanya.

Tersangka terakhir adalah SMJ yang diduga sebagai Suatmadji. Ia adalah Asisten Senior Manager CSR PT Antam. Ia diduga menerima fee cash back sebesar Rp 580 juta, atau sekitar 10 persen dari total nilai proyek sebesar Rp 5,8 miliar. Suatmadji membantahnya, “Saya tidak terkait,” katanya.

Sejumlah nama yang juga dibidik kejaksaan masih belum ditetapkan sebagai tersangka. mereka yang diduga ikut terlibat diantaranya, Saparso sebagai kepala proyek, Budi Rustomo sebagai Pembantu Rektor II, Muhammad Bata sebagai ahli sapi, dan sejumlah nama lainnya.


Rektor Unsoed Diperiksa, Pembahasan Uang Kuliah Molor



PURWOKERTO - Dugaan kasus korupsi yang ditangani Kejaksaan Negeri Purwokerto berimbas pada penetapan Uang Kuliah Tunggal di Universitas Jenderal Soedirman. Hingga saat ini, pembahasan antara rektorat dengan mahasiswa yang diwakili Save Soedirman belum menemukan titik temu.

“Perundingannya cukup alot, rektor belum mau menurunkan nominal UKT,” kata juru bicara Save Soedirman,  Akhmad Sucipto, Kamis (21/2).

Ia mengatakan, rektorat tetap bersikukuh agar nominal UKT rata-rata mencapai Rp 3,6 juta. Sementara, kata dia, dari perhitungan mahasiswa UKT seharusnya dipatok pada harga Rp 2,6 juta.

Molornya pembahasan ini berimbas pada proses perkuliahan. Soalnya, kata dia, kegiatan belajar mengajar seharusnya akan dimaulai pada 4 Maret. Mahasiswa juga harus mengisi Kartu Rencana Studi  agar bisa meneruskan perkuliahan. “Saat ini seharusnya mahasiswa sudah harus membayar uang perkuliahan, tapi tidak bisa karena pembahasan UKT belum selesai,” kata dia.

Pembahasan UKT merupakan kelanjutan aksi mahasiswa yang tergabung dalam Save Soedirman pada 17 Desember 2012. Mereka menolak besaran nominal UKT karena dinilai terlalu mahal. "Sampai sekarang, nominal UKT untuk angkatan 2012, masih belum ditetapkan. Janjinya, dulu kan rektor mau merivisi," kata dia.

Dengan molornya penetepan UKT, maka mahasiswa angkatan 2012 terancam tidak bisa kuliah karena belum membayar UKT. Hal itu didasarkan pada PP No 66 tahun 2010, tentang pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan yang dipakai Unsoed.

Masih menurut Akhmad, dari dasar PP tersebut,  Unsoed selalu mengimplementasikan bahwa mahasiswa disuruh membayar terlebih dulu uang UKT, baru kemudian kuliah. "Kenyataannya, mahasiswa angkatan 2012, sampai saat ini masih bingung bisa kuliah apa tidak. Sebab, mereka belum tahu kejelasan nominal UKT, dan kemarin juga sempat ada permasalahan KRS, dimana sistem informasi akedemik untuk mengisi KRS tidak bisa diakses. Padahal sudah waktunya mengisi KRS," katanya.

Selain itu, para aktivis di Save Soedirman juga mendapat pengaduan dari sekitar 600 mahasiswa angkatan 2012, bahwa mereka keberatan dengan nominal UKT terdahulu yang berkisar Rp 2,4 juta sampai dengan Rp 15 juta. "Save Soedirman sendiri sudah mengirim data yang keberatan kepada rektor," kata Munirah Dinayanti, Kordinator Save Soedirman.

Munirah mengatakan, jika UKT versi lama diberlakukan berpotensi terjadi mark up dan korupsi. Mereka menemukan adanya anggaran ganda terhadap penghitungan UKT tersebut.

Ia mengaku heran, biaya operasional perkuliahan semua dibebankan kepada mahasiswa melalui UKT tersebut. Menurut dia, jika semua mahasiswa seluruhnya membayar UKT, maka dana yang terkumpul dari mahasiswa bisa mencapai Rp 130 miliar. “Padahal kebutuhan pembelajaran di Unsoed hanya membutuhkan Rp 91 miliar,” kata dia menambahkan.

Salah satu mahasiswa angkatan 2012, Ati Vidianti mengatakan, dirinya belum membayar UKT karena belum ditetapkan oleh rektor. “Ini kami harus bagaimana?” kata dia mempertanyakan.

Saat dikonfirmasi di sela-sela pemeriksaan dugaan kasus korupsi Unsoed-PT Aneka Tambang, Pembantu Rektor II Unsoed, Eko Haryanto mengatakan, pembahasan UKT dengan mahasiswa memang belum selesai. “Masih dilakukan pembahasan,” katanya.

Ia berharap pembahasan segera selesai. Eko juga berjanji akan transparan kepada mahasiswa terkait penggunaan dana UKT tersebut. “Saya yakin, semua mahasiswa bisa membayar UKT,” katanya.


Segarnya Mandi Air Panas di Guci Tegal



TEGAL - Malam semakin larut. Termometer ruang menunjuk angka 18 derajat celcius. Cukup dingin memang.

Meski dingin, tampak sekumpulan orang sedang berendam di sebuah pancuran. Hawa dingin sepertinya tak dirasakan sekumpulan orang itu. Tentu saja tak terasa dingin, sebab mereka sedang berendam di pemandian air panas Guci Kecamatan Bumijawa Kabupaten Tegal, Rabu (18/2).

“Saya mandi di sini agar hasil pertanian saya meningkat,” kata Bambang Sumaryono, 35 tahun, warga Pemalang.

Bambang percaya, air panas Guci mempunyai berkah tersendiri. Ia sendiri setidaknya sebulan sekali datang ke pemandian air panas Guci. Terutama saat malam Jumat Kliwon.

Pemandian air panas Guci terletak di kaki Gunung Slamet bagian utara. Ketinggian sekitar 1.500 meter di atas permukaan laut. Udaranya sejuk sekitar 20 derajat celcius.


Kepala Unit Pelaksana Teknis Obyek Wisata Guci, Imam Sutanto mengatakan Guci memang sejak dulu terkenal dengan pemandian air panasnya. Selain bernilai magis, Guci juga banyak dikunjungi karena dipercaya bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit. “Rata-rata untuk menyembuhkan gatal-gatal,” kata Imam.

Untuk masuk ke kawasan Guci, pengunjung hanya dikenai tiket masuk sebesar Rp 5.000. Dengan tiket tersebut, pengunjung boleh menikmati berbagai obyek wisata di Guci.

Hari libur biasa pengunjungnya mencapai 10 ribu orang. Khusus malam jumat kliwon, pengunjungnya mencapai dua ribu orang. Sedangkan saat lebaran biasanya mencapai 50 ribu orang.
 Bambang mengatakan, tiap malam jumat kliwon masyarakat setempat selalu melakukan ritual tabur bunga di pemandian air panas. Tujuannya sebagai ucapan syukur kepada tuhan karena telah diberi air yang melimpah untuk kesejahteraan warga.

Jafarudin, 23 tahun, tukang foto keliling mengatakan banyak pengunjung yang mandi untuk menyembuhkan penyakitnya. Banyak juga pengunjung dengan penyakit kelamin berharap sembuh setelah mandi di air panas tersebut. “Kalau dulu banyak PSK yang datang untuk membersihkan diri,” katanya.

Selain gatal-gatal, air panas Guci juga dipercaya bisa menyembuhkan rematik dan bisa menetralisir suhu. Airnya yang tidak berbau dan tidak mengandung belerang.

Masyarakat setempat percaya, dengan mandi air panas Guci akan diberi rejeki, awet muda, ketemu jodoh, dan laris dagangannya. Untuk itu setiap malam jumat kliwon, sudah rutin masyarakat desa setempat mengdakan acara ritual melaksanakan mandi keramas sebagai ungkapan syukur atas berkah yang diterima.

Ada tiga tempat pemandian air panas terbuka. Pemandian utama bernama pancuran 13. Lalu disebelahnya ada pancuran tujuh dan pancuran lima. Hotel di sana juga mengambil air panas dari ketiga pancuran tersebut.

Selain pemandian terbuka, ada juga 20 kamar untuk pengunjung yang ingin mandi secara tertutup.

Selain pemandian air panas, di obyek wisata seluas 115 hektare tersebut juga ada beberapa obyek alam yang bisa dikunjungi. Diantaranya, hamparan rumput dan bukit untuk out bound. Selain itu ada juga wana wisata yang dipadu dengan pendakian perkasa.

Sebagai fasilitas pendukung, obyek wisata tersebut mempunyai delapan hotel dan 14 villa. Juga ada pondok wisata, yakni rumah penduduk yang disewakan untuk pengunjung. Satu rumah dengan tiga kamar, hanya dibanderol Rp 250 ribu.

Di obyek wisata Guci ada berbagai tanaman yang melimpah. Seperti stroberi, wortel, dan kubis. Ketiga tanaman tersebut tumbuh sepanjang tahun di tempat itu.

Pengunjung tak hanya disuguhi fasilitas pemandian air panas. Mereka bisa berkeliling kawasan dengan mengendarai kuda yang banyak disewakan di situ.

Budiono, 21 tahun, pemilik kuda mengatakan banyak pengunjung yang hanya ingin naik kuda untuk melihat lokasi Guci. “Karena kawasannya luas banyak yang nda kuat untuk jalan kaki,” katanya.

Sedikitnya ada sekitar 43 kuda wisata terlatih. Untuk jarak tiga kilometer, tarifnya Rp 30 ribu. Sedangkan untuk jarak dekat sekitar satu kilometer, pengunjung harus merogoh kocek Rp 10 ribu.

Guci juga menawarkan wisata pertanian yang cukup banyak. Diantaranya perkebunan wortel dan stroberi. Wortel Guci lebih besar dan panjang dibanding wortel dari daerah lain. Warnany juga segar. Tiga ikat harganya Rp 2.000.

Marli, 32 tahun, penjual wortel di pintu masuk Guci menjual 20 kilogram wortel tiap harinya. Wortelnya diambil dari petani sekitar Guci. “Setiap hari ada, tidak pernah kehabisan. Jumat kliwon saya bisa menjual hingga 30 kilogram,” katanya.



 Air Panas Guci Pernah Didoakan Sunan Gunung Jati
Keberadaan pemandian air panas Guci tak bisa lepas dari kisah penyebaran agama Islam di wilayah selatan Jawa. Wilayah ini dulunya merupakan wilayah dakwah Sunan Gunung Jati.

Basuki Rahmat, tokoh masyarakat setempat bercerita kepada Tempo tentang muasal air panas Guci. Basuki berkisah, kawasan Guci berawal dari sebuah pedukuhan yang bernama Keputihan. Kaputihan berarti yang belum tercemar atau suci. Daerah ini dulunya belum terpengaruh agama atau kebudayaan lain.

Istilah Kaputihan pertama kali yang memperkenalkan adalah Kyai Ageng Klitik atau Raden Mas Arya Wiryo cucu Raden Patah pendiri kerajaan Demak.

Kala itu, Kaputihan sedang dilanda pagebluk atau bencana alam. Selain kekeringan, warga setempat juga terkena penyakit gatal-gatal.

Di tengah bencana itu, datanglah utusan Sunan Gunung Jati dari Cirebon yang bernama Syech Elang Sutajaya. Ia membawa sebuah guci berisi air yang telah didoakan oleh Sunan Gunung Jati.

Suatu ketika air di dalam guci yang dibawa Syech Elang habis. Ia pun lalu bersemedi. Dalam semedinya ia bertemu dengan Sunan Gunung Jati. Sunan lantas berkata, “Tusuklah bumi dengan tongkat di sebelah guci itu,”. Dari bekas tusukan tongkat itu, munculah air panas yang tak pernah habis hingga sekarang.

Setelah mendengar ada air panas keluar dari bumi, warga pun berdatangan dan mandi di situ. Ajaib, penyakit gatal-gatal yang diderita warga ternyata sembuh. Guci tersebut tertinggal di dekat sumber air panas yang ada di desa itu.

Imama sutanto mengatakan, saat ini Guci penionggalan Sunan Gunung Jati tersebut tersimpan di sebuah museum di Tegal. Sedangkan untuk pengunjung, Imam mengatakan kebanyakan pengunjung berasal dari daerah Jawa Barat. “Pengunjung Guci sekitar 60 persen berasal dari Jawa barat. Karena Guci dipercaya mempunyai berkah dari Sunan Gunung Jati yang asal Cirebon Jawa Barat,” katanya.


Pusaran Korupsi di Lahan Pasir Berbisik


PURWOREJO – Papan nama penanda proyek PT Aneka Tambang dengan Universitas Jenderal Soedirman itu masih berdiri tegak. Di lahan pasir bekas tambang itu, suara-suara berbisik tentang pusaran korupsi mulai terdengar nyaring.


Walisongo Menggangsir Duit Antam



Pemeriksaan sejumlah tokoh kunci yang diduga terlibat kasus korupsi kerjasama antar Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto dengan PT Aneka Tambang, mulai memasuki babak baru. Kejaksaan kini mulai memeriksa sejumlah dokumen yang diduga menjadi bukti aliran dana proyek tersebut.

Rabu, 13 Februari 2013

Mobil Hasil Dugaan Korupsi Unsoed Diperiksa


Purwokerto - Tiga kendaraan dari total lima kendaraan hasil dugaan korupsi di Universitas Jenderal Soedirman diperiksa surat-suratnya oleh Kejaksaan Negeri Purwokerto. Pemeriksaan tersebut merupakan pengembangan kasus korupsi pertanian kerjasama antara Unsoed dengan PT. Aneka Tambang.


Selasa, 12 Februari 2013

Kisah Walisongo Di Balik Korupsi Unsoed



PURWOKERTO – Dugaan kasus korupsi yang melibatkan sejumlah petinggi Unsoed diduga kini sedang ditangani oleh Kejaksaan Negeri Purwokerto. Kasus ini diduga melibatkan sejumlah petinggi Unsoed yang sering disebut Tim Walisongo.


Potensi Kerugian Korupsi Unsoed Di Atas Rp 1 Miliar



PURWOKERTO – Kejaksaan Negeri Purwokerto saat ini sedang mengusut dugaan kasus korupsi yang melibatkan sejumlah pejabat elit Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto. Nilai kerugian negara dari tindak pidana korupsi tersebut diperkirakan mencapai Rp 1 miliar lebih.

Senin, 11 Februari 2013

Soto Sutri Tanpa Kaldu Lemak

Irisan daun bawang tampak memenuhi mangkok. Satu dua daging sapi seukuran ruas jempol tangan terlihat menyembul dari sela-sela daun bawang.


Romeo-Juliet Brebes Masih Terkubur Longsor



BREBES – Tak terlintas dalam firasat Lia, 13 tahun, bahwa kakek dan neneknya benar-benar akan meninggalkan dia untuk selamanya. Tanah longsor yang terjadi Rabu (6/2) telah merenggut nyawa Sumi, 60 tahun, dan Kasrap, 70 tahun. Hingg kini jenazah kakek-nenek Lia itu masih belum bisa ditemukan.


“Mereka seperti Romeo dan Juliet, ke mana-mana selalu bersama,” kata Lia, Minggu (10/2).

Lia berkisah, kakek-nenaknya itu selalu pergi ke ladang di lembah bukit Wadas Gantung Desa Plompong Kecamatan Sirampog Brebes, bersama-sama. Bukit setinggi 150 meter itu pada Rabu lalu luruh mengubur lima orang, satu diantaranya sudah ditemukan.

Letak ladang jagung yang digarap Kasrap sekitar 50 meter dari tebing. Kini ladang itu sudah tak berbekas, terkubur sedalam empat meter.

Sehari sebelum longsor, kata Lia, kakeknya bercerita kalau ia ingin hidup dan mati bersama istrinya itu. Sambil bercanda, Kasrap berharap selalu ditemani Sumi hingga ajal memisahkan mereka.


Janiyah, 35 tahun, tetangga Kasrap mengatakan, Kasrap-Sumi merupakan dua sejoli yang tak bisa dipisahkan. “Mbah Kasrap nda mau makan kalau tidak makan bareng Mbok Sumi,” katanya.

Pernah suatu ketika, kata Janiyah, Kasrap dikirimi nasi dan lauk pauk oleh anaknya. Kasrap menolak makan karena masakan itu bukan istrinya yang membuat. Ia baru mau makan saat istrinya datang membawakan makanan untuknya.

Jika sedang sakit, kata dia, Kasrap rela tidak pergi ke ladang hanya untuk menunggui istrinya itu. “Di mana ada Mbah Kasrap, di situ ada Mbok Sumi,” kata Janiyah.

Pencarian jenazah keduanya hingga kini masih dilakukan. “Tapi hari ini dihentikan dulu karena hujan deras,” kata Kepala Desa Plompong, Nasuha.

Selain Kasrap dan Sumi, kata dia, dua jenazah lainnya yakni Radun dan Sutar hingga kini belum ditemukan. Nasuha mengatakan, pencarian akan dilanjutkan kembali pada Senin besok.

Ikhtiar Menyelamatkan Batik Banyumasan



PURWOKERTO – Alat tenun dari kayu itu terus bergerak. Memilin benang satu persatu menjadi kain lurik. Kain tenun lurik yang digunakan untuk dilukis batik itu, merupakan bentuk ikhtiar menyelamatkan Batik Banyumasan dari kepunahan.

Selasa, 05 Februari 2013

Balada Penyelamat Hutan Mangrove Nusakambangan



NUSAKAMBANGAN – Rintik hujan membuat lingkaran-lingkaran kecil memenuhi Selat Nusakambangan. Lingkaran kecil itu sedetik kemudian hilang diterjang hempasan gelombang dari perahu yang melintas. Di kanan-kiri selat, nampak hutan mangrove menghijau mulai beranjak rimbun.


Ciu Minuman Penghangat Suasana dari Banyumas



PURWOKERTO – Toples berisi air bening dan akar ginseng itu masih tertutup rapat. Plastik berwarna merah muda yang diikat karet gelang memastikan tak ada udara yang masuk. Saat dibuka, bau keras menyengat hidung. “Setengah gelas saja sudah cukup, tak perlu banyak-banyak,” kata Jasmin, Kepala Desa Wlahar Kecamatan Wangon Banyumas, Senin (1/10).