PURBALINGGA – Sapto Dwi Cahyono, siswa SMU Muhamadiyah Gombong seakan tak percaya. Susah payah ia membuat roket, ternyata saat diluncurkan roketnya nyangkut di tiang listrik. Padahal, sebelumnya ia yakin betul, roketnya bisa bergerak lurus kedepan.
“Ukurannya sudah benar, tapi mungkin kurang aerodinamis,” ujar Sapto, salah satu peserta kompetisi roket air di Taman Pendidikan Sanggaluri, Purbalingga, Minggu (29/1).
Sapto merupakan satu dari ratusan peserta kompetisi roket air itu. Total ada 51 tim dari SMP dan SMA se eks-karesidenan Banyumas. Mulai pagi, mereka menjajal roket yang terbuat dari botol bekas air mineral yang dirangkai sedemikian rupa menjadi roket.
Roket ini berbahan bakar air sebagai daya pendorong. Sapto menerangkan, agar roket bisa terbang jauh, struktur roket harus aerodinamis. Bagian ekor roket, harus seimbang. Panjang roket sekitar 50 sentimeter.
Agar bisa terbang, roket diisi air sebanyak seperempat dari panjang roket. Kemiringan sudut terbang juga harus diatur sebesar 45 derajat. Untuk memberikan daya dorong, roket harus diisi angin yang dipompa ddengan pompa angin. “Semakin banyak anginnya, daya doronya semakin kuat,” kata Sapto menjelaskan.
Ketua Panitia Lomba, Eko Susilo mengatakan, kompetisi tersebut merupakan ajang bagi kretaifitas pelajar. “Kompetisi ini merupakan aplikasi pelajaran fisika di sekolah,” katanya.
Ia mengatakan, selain keindahan bentuk roket, jarak tempuh roket juga menjadi penilaian sendiri. Selain itu, kompetisi yang diadakan di taman pendidikan Purbalingga ini diharapkan bisa menjadikan pelajar antusias belajar dia alam bebas.
Dari pengamatan Tempo, tidak semua roket bisa meluncur mulus. Beberapa diantaranya bahkan harus nyangkut di tiang listrik, atap gedung, dan keluar dari lintasan lomba.
Didit, siswa SMK Bantarbolang Pemalang mengaku sudah lama mempersiapkan diri untuk mengikuti kompetisi itu. “Kami biasa berlatih dengan melawan angin, kalau di sini tidak ada anginnya,” kata dia.
Alhasil, dia roketnya berhasil meluncur paling jauh dibanding rekannya yang lain. Roket buatannya berhasil meluncur sejauh 143 meter. “Biasanya roket saya bisa meluncur lebih dari 200 meter,” katanya.
Menurut dia, satu roket hanya membutuhkan biaya Rp 35 ribu. Barang yang digunakan pun dari barang bekas yakni botol bekas air mineral.
Harjiono guru SMK Binataruna Purwokerto mengaku sangat antusias dengan lomba ini. “Saya berharap, nantinya ada satu diantara ratusan anak-anak sekolah ini yang bisa membuat roket beneran,” katanya.
0 komentar:
Posting Komentar