PURWOKERTO – Dian Lifaniati, 35 tahun, warga Perumahan Bumi Arca Indah Purwokerto, seperti biasanya bangun pagi-pagi. Setelah merapikan tempat tidur, ia pergi ke dapur. Mencuci piring, merendam baju dan setelah itu mandi. Semua kegiatannya itu, menggunakan sabun baik sabun cair maupun padat.
“Air limbah rumah tangga dialirkan ke selokan yang dibangun pengembang perumahan,” ujar Dian, Selasa (22/11).
Dian mandi menggunakan sabun cair. Mencuci dengan deterjen. Cuci tangan pakai sabun tangan, keramas dengan shampoo. Apa yang dilakukan Dian, jamak dilakukan oleh penduduk Indonesia pada umumnya. Jamak pula, air limbah domestic dibuang ke selokan, sungai, dan setelah itu mengalir ke laut.
“Dunia mengenalnya dengan emerging pollutant, bahwa limbah domestik selama ini sudah terakumulasi begitu banyak di alam,” terang Agung Dhamar Syakti, Peneliti tamu di Universitas Aix Marseille Perancis dan Staf pengajar pada Program Sarjana Perikanan dan Kelautan Fakultas Sains dan Teknik Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto.
Agung bersama Tim peneliti dari Perancis, selama tiga hari berada di Laguna Segara Anakan. Mereka mengambil contoh bakteri yang ada di laguna tersebut. Segara Anakan sendiri merupakan muara sungai yang dilalui oleh 11 kabupaten baik dari Jawa Barat mupun Jawa Tengah.
Di laguna itu, kata dia, semua limbah masuk baik limbah domestik maupun limbah industri. Emerging polutan, kata dia, merupakan polutan yang relatif baru dipelajari di Indonesia. Akibat polutan itu, keanekaragaman hayati bisa terganggu. Bahkan, imbuhnya, di Perancis ditemukan adanya ikan yang berganti jenis kelaminnya karena terpengaruh emerging polutan.
Ia berharap, penelitian itu bisa menghasilkan rekomendasi kepada pemerintah untuk membuat kebijakan tentang penanganan limbah domestik. “Di Eropa, kebijakan soal ini sudah banyak dibuat,” katanya.
Masih menurut Agung, di Segara Anakan juga ditemukan enam strain baru bakteri yang bisa mengurai limbah minyak. Ia menamakannya, tehnik bioremediasi. Tehnik tersebut digunakan dengan cara memakai mikroorganisme yang ada di alam. “Di Segara Anakan, kami menemukan enam strain bakteri yang bisa mengisolasi limbah minyak,” katanya.
Tehnik bioremediasi ini, kata dia, diklaim lebih murah dan ramah lingkungan. Nantinya, pihaknya akan membuat bakteri dalam kemasan untuk mengurai limbah minyak dan limbah domestik lainnya.
Prof. Pierre Doumenq ahli bidang Kimia Lingkungan dari Universitas Paul Cezanne Aix Marseille, Prancis (UPCAM) mengatakan, Segara Anakan merupakan tempat yang sangat eksotis dimana berbagai keanekaragaman hayati ada di sana. “Saya sudah lama meneliti tentang pencemaran akibat minyak di Eropa, kini saatnya melakukan penelitian di Indonesia,” katanya.
Ia mengatakan, penduduk Indonesia masih belum banyak mengetahui tentang bahaya pencemaran limbah domestik dan limbah minyak. Padahal, di Perancis, kesadaran untuk membangun instalasi limbah domestik sudah lama diterapkan.
Ia juga menyarankan perlu adanya pengawasan terhadap lingkungan di sekitar kilang minyak di Indonesia. Sebab, banyak kasus, limbah minyak tidak langsung bisa terurai hanya mengandalkan instalasi pengolahan limbah manual. “Saya suka orang Indonesia membeli Aqua yang diproduksi Danone Perancis. Tapi saya lebih suka, orang uang untuk membeli Aqua digunakan untuk membangun instalasi limbah domestik,” imbuhnya.
Menjual berbagai macam jenis Chemical untuk cooling tower chiller Boiler evapko STP wwtp dll untuk info lebih lanjut tentang produk ini bisa menghubungi saya di
BalasHapusWA=081310849918
Email=tommy.transcal@gmail.com
Terima kasih