Bongkahan batu besar terserak begitu saja di rerumputan yang becek. Sebagian tertumpuk di sudut-sudut komplek Candi Arjuna Dataran Tinggi Dieng Kabupaten Banjarnegara. Sementara, sisanya masih tertimbun di dalam tanah.
Bulan lalu, Fauzi sibuk menemani peneliti dari Universitas Gajah Mada Jogjakarta. Peneliti itu, kata dia, sibuk merekonstruksi peninggalan sejarah yang ada di Dieng. Nantinya, kata dia, penelitian itu akan dijadikan blue print lanskap Dieng masa lalu.
Ia menyebutkan, dari penelusurannya selama puluhan tahun di Dieng, diperkirakan jaman dulu Dieng merupakan pusat peradaban Jawa. Ia memperkirakan, dulunya Dieng merupakan pusat pembelajaran berbagai ilmu pengetahuan. “Ada Fakultas Arsitektur, Kedokteran, Hukum, Agama dan Politik,” katanya.
Ketua Pamswakarsa Kompleks Candi Arjuna, Irman Syafaat mengatakan, butuh puluhan miliar rupiah untuk membangun kembali candi-candi yang ada di Dieng. “Jumlahnya ratusan dan tersebar di banyak tempat yang berjauhan,” katanya.
Ia mengatakan, untuk merekonstruksi kembali sebuah candi, dibutuhkan sedikitnya Rp 1 miliar. Selain harus mencari batuan yang pas sebagai pembentuk candi, biasanya batuan itu juga terserak dan masih tertimbun tanah di ladang kentang milik penduduk.
Dari pantauan Tempo, rekonstruksi candi Setiyaki yang tak jauh dari Candi Arjuna, belum sepenuhnya selesai. Bagian stupa candi masih belum terbentuk dan hanya tubuh dan dasar candi saja yang sudah terbentuk.
Bupati Banjarnegara, Sutejo Slamet Utomo mengatakan, pihaknya akan menjadikan Dieng sebagai salah satu tujuan utama pariwisata selain wisata Sungai Serayu. “Masalah lingkungan yang tidak bagus bisa menjadi pemicu semakin rusaknya candi,” katanya.
Untuk itu, kata dia, pihaknya akan terus menanam pohon keras agar erosi tidak terus terjadi. Selain itu, pihaknya berencana akan memasang lampu penerangan agar komplek candi Arjuna bisa dinikmati malam hari sperti di Prambanan.
Wakil Bupati Banjarnegara, Hadi Supeno menambahkan, setiap tahunnya Dieng kedatangan 140 ribu wisatawan. “Enam ribu diantaranya merupakan wisatawan asing,” katanya.
Untuk membangun kembali Dieng sebagai Taman Syailendra, kata dia, memang dibutuhkan waktu dan biaya yang tidak sedikit. Menurut dia, pihaknya akan mengusulakan kawasan Dieng dijadikan pusat penelitian sejarah. Dengan cara demikian, diharapkan akan banyak kalangan masyarakat yang peduli dan ikut menyelamatkan Dieng. “Suatu saat nanti, saya ingin menggelar Dieng Jazz Festival agar lebih banyak wisatawan yang datang ke sini dan peduli dengan Dieng,” kata dia menambahkan.
0 komentar:
Posting Komentar