BANJARNEGARA – Ratusan petani dan buruh tani yang ladangnya berada di radius 1 kilometer di Kawah Timbang Desa Sumberejo Batur Banjarnegara sudah mulai kembali ke ladangnya. Mereka diperbolehkan menggarap ladangnya setelah diperbolehkan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.
“Mereka sudah mulai bertani hari ini,” kata Anggota Badan Penanggulangan Bencana Daerah Banjarnegara, Andri Sulistiyo, Jumat (12/4).
Ia mengatakan, meski diperbolehkan berladang, petani harus memenuhi lima syarat yang sudah ditentukan. Lima syarat itu yakni, sebelum ke ladang tidak terjadi gempa dalam kurun waktu enam jam.
Syarat yang kedua, kata dia, selama berladang matahari harus dalam kondisi sangat terik. Petani juga akan dikawal petugas geologi yang membawa detektor gas. “Jika terdeteksi ada gas dan berbahaya bagi manusia, maka petani harus segera meninggalkan lokasi,” katanya.
Andri menambahkan, syarat selanjutnya yakni petani harus berkoordinasi dengan petugas geologi. “Mereka harus mematuhi ini,” katanya.
Kepala Desa Sumberejo, Ibrahim mengatakan, ia sudah mensosialisasikan kebijakan baru itu ke petani kentang. “Ini bentuk kompromi karena selama ini banyak petani yang mendekat kawah secara sembunyi-sembunyi,” katanya.
Ia mengatakan, lahan di sekitar kawah yang terbengkalai akibat gas beracun mencapai 50 hektare. Selama ini mereka rugi hingga ratusan juta karena ladang kentang mereka tak bisa ditanami.
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Surono mengatakan, meski diperbolehkan berladang, status Kawah Timbang masih siaga. “Status belum diturunkan,” katanya.
Dia mengatakan, banyak buruh tani yang menggantungkan hidupnya dari berladang kentang. Setiap harinya, mereka mendapatkan bayaran mulai Rp 20 ribu hingga Rp 50 ribu.
Berdasarkan laporan, kata dia, seringkali petani menerobos pintu masuk yang sudah dipasangi papan peringatan tanda bahaya. “Persyaratan harus tetap dipatuhi petani,” kata dia menegaskan.
0 komentar:
Posting Komentar