Banyumas Extravaganza

Gelaran Budaya Banyumas untuk memperingati HUT Banyumas ke 431.

Kawah Timbang Banjarnegara

Gas beracun Kawah Timbang mengepul mengeluarkan gas beracun.

Batik Maos

Motif alam Batik Maos didominasi nuansa agraris.

Kembang Kamboja

Penjaga makam memanfaatkan waktu luang untuk mencari Kembang Kamboja.

Longsor Brebes

Tim SAR sedang mencari korban yang tertimbun longsor di Desa Plompong Brebes.

Jumat, 19 April 2013

Tasripin Menangis Mendapat Hadiah dari Presiden



PURWOKERTO – Staf Khusus Presiden Bidang Pangan dan Energi, Hariyanto mendatangi rumah Tasripin di Desa Gunung Lurah Kecamatan Cilongok Banyumas. Tangisan haru membuncah di sudut mata Tasripin saat segepok uang bantuan Presiden SBY diserahkan oleh Hariyanto.

“Ini dari  Bapak Presiden, digunakan sebaik-baiknya. Sekolah yang rajin ya,” ujar Hariyanto saat menyerahkan segepok uang yang terbungkus dalam amplop coklat itu, Jumat (19/4).

Hariyanto diutus khusus Presiden SBY untuk melihat kondisi Tasripin. Ia datang dari Jakarta menggunakan kereta api.

Dari Purwokerto, Hariyanto langsung meluncur ke rumah Tasripin yang jaraknya mencapai 22 kilometer. Untuk menuju ke rumah Tasripin, harus menempuh jalan yang sangat terjal dan membahayakan. Terutama saat hujan turun.

Kepada Hariyanto, Tasripin mengungkapkan mengapa ia menangis. “Saya senang. Terimakasih bantuannya,” kata bocah 12 tahun yang merawat ketiga adiknya sendirian itu. Ibunya sudah meninggal dan ayahnya bekerja di Baturraden.

Sebelum kembali ke rumahnya, Tasripin dan adiknya sempat diinapkan di Hotel Wisata Niaga. Berbagai jajanan yang tak pernah ia cicipi, dicobanya. Termasuk es krim yang baru pertama kali ia nikmati. “Ini baru pertama kali saya makan es krim,” kata Dandi, adik Tasripin.

Selama di Purwokerto, penampilan Tasripin dan adiknya bertambah bersih. Tak kusut lagi. Pakaian yang dikenakan juga berganti-ganti.

ARIS ANDRIANTO


Tasripin Senang Dihadiahi Kambing
Bantuan terus mengalir kepada Tasripin. Mulai dari barang-barang hingga uang puluhan juta rupiah. Tapi, Tasripin mengaku paling suka mendapat bantuan kambing.

 “Wah senang sekali bisa dapat kambing,” kata Tasripin, Jumat (19/11).

 Tasripin, 12 tahun, bocah asal Desa Gunung Lurah Kecamatan Cilongok Banyumas harus mejaga dan menjadi kepala keluarga untuk ketiga adiknya. Ibunya sudah meninggal dunia saat menambang pasir. Sementara kakak tertuanya dan ayahnya bekerja di Kalimantan.



Saat ini Tasripin menginap di Hotel Wisata Niaga Purwokerto. Rumahnya direnovasi tentara agar layak dihuni. Ayahnya sedang dalam perjalanan pulang dari Kalimantan.



Tasripin mengaku sangat kangen dengan ayahnya. Ia tak sabar ketemu ayah yang sudah meninggalkannya selama delapan bulan. “Saya ingin bareng bapak lagi di rumah,” katanya.



Komandam Kodim 0701 Banyumas, Letkol Infantri Helmi Tachejadi Soerjono saat menjenguk Tasripin di hotel mengatakan, Tasripin akan dibawa kembali ke rumah setelah renovasi. “Hari ini Tasripin akan dibawa kembali ke rumah agar dia bisa menyesuaikan dengan lingkungannya,” kata Helmi.



Ia mengatakan renovasi rumah sudah berjalan sekitar 90 persen. Ia sudah meminta Tasripin untuk melanjutkan sekolah agar masa depannya cerah.



Masih menurut Helmi, salah seorang staf khusus kepresidenan akan mengunjungi rumah Tasripin. “Nanti siang aka nada rombongan dari staf khusus presiden,” katanya.



Helmi menambahkan, ia kaget mendengar Tasripin belum pernah main ke Purwokerto. Padahal, jarak ibu kota Kabupaten Banyumas itu hanya 22 kilometer dari rumah Tasripin. “Dia senang sekali bisa jalan-jalan ke kota,” katanya.


Pesan SBY untuk Tasripin
PURWOKERTO – Melalui staf khusus Presiden Bidang Pangan dan Energi, Hariyanto, Presiden SBY menitipkan pesan untuk Tasripin. Presiden meminta agar Tasripin melanjutkan sekolahnya.

“Saya bangga dengan kekuatan dan keteguhan Nak Tasripin menghidupi ketiga adik-adiknya,” ujar Presiden SBY seperti ditirukan Haryanto, Jumat (19/4).

Haryanto melanjutkan Presiden mengaku terenyuh dengan perjuangan Tasripin. Hanya saja, kata Hariyanto, Tasripin diminta Presiden untuk melanjutkan sekolah.

Ia juga meminta pemerintah desa dan pemerintah daerah untuk lebih memperhatikan rakyatnya. “Kasus seperti ini kan tidak hanya satu dua, pasti ada yang lainnya,” kata dia.

Menjawab pertanyaan Hariyanto, Tasripin bertekad untuk melanjutkan sekolah. Tasripin sendiri keluar dari sekolah saat ia kelas tiga SD karena harus mengurus adik-adiknya. “Saya ingin melanjutkan sekolah dan bercita-cita menjadi guru,” kata Tasripin.

Tasripin mengaku bersyukur mendapat bantuan segepok bantuan uang dari Presiden SBY.  Ia sendiri mengaku tak menyangka mendapat bantuan dari Presiden SBY.

Hanya saja, saat ditanya siapa Presiden Indonesia. Tasripin tampak gagap. Ia tak hapal nama presidennya. Baru setelah dibimbing, ia menjawab “Bambang Sudiyono,” ujar Tasripin, mengacu pada nama Presieden Susilo Bambang Yudhoyono.

ARIS ANDRIANTO

Unsoed Akan Lanjutkan Proyek yang Diduga Dikorupsi



PURWOKERTO – Kejaksaan Negeri Cilacap masih menyelidiki kasus dugaan korupsi kerjasama Universitas Jenderal Soedirman dengan PT Aneka Tambang. Meski bermasalah, Unsoed bersikukuh melanjutkan proyek yang diduga merugikan keuangan negara hingga Rp 2 miliar itu.

“Proyek ini berhasil dan akan kami teruskan,” kata salah satu anggota Tim 9 atau lebih dikenal dengan kelompok Walisongo, Muhammad Bata, Jumat (19/4).

Kelompok Walisongo sengaja mengundang wartawan dan diminta mendengarkan paparan keberhasilan proyek itu. Hampir semua anggota Walisongo hadir dalam pemaparan, kecuali Pembantu Rektor IV Budi Rustomo.

Sebelumnya, mereka sangat sulit untuk ditemui wartawan yang akan meminta konfirmasi. Tim juga akan mengajak wartawan mengunjungi lokasi, Sabtu (20/4). “Kami siapkan bus Unsoed untuk wartawan,” kata Bata.

Dari kasus tersebut, Kejaksaan Negeri Purwokerto sudah menetapkan tiga tersangka termasuk Rektor Unsoed Edy Yuwono.  Dua lainnya yakni Winarto Hadi, bendahara proyek dan Suatmadji dari PT Antam.

Muhammad Bata mengatakan, ia mengaku sangat stres saat dipanggil kejaksaan. Ia mengaku, meski ada masalah, Tim akan berkomitmen melanjutkan program pemberdayaan masyarakat di lokasi bekas tambang itu.

Purnama Sukardi, salah satu anggota tim menjelaskan, proyek tersebut dinilai berhasil karena mendapatkan penghargaan CSR Awards. “Proyek ini mengalahkan UGM dan IPB,” katanya.

Ia sendiri membantah tidak ada tindak pidana korupsi dalam kasus itu seperti yang dituduhkan kejaksaan. Menurut dia, program pemberdayaan masyarakat menuju masyarakat mandiri hampir berhasil. “Pemberdayaan kan bertahap, tidak langsung berhasil,” kilahnya.

Rektor Unsoed, Edy Yuwono yang biasanya sulit ditemui juga ikut urun bicara. “Kami bingung kasus korupsinya di mana?” kata dia.

Ia mengatakan, proyek Antam akan dilanjutkan kembali. Saat ini memang agak melambat karena ada pemeriksaan di kejaksaan.

Saat ini, kata Edy, Tim sedang membangun agen perubahan dari masyarakat. Agen perubahan ini nantinya yang akan mengajak masyarakat agar lebih mandiri.

Kepala Seksi Pidana Khusus Kejaksaan Negeri Purwokerto, Hasan Nurodin Achmad mengatakan, kejaksaan sedang mempercepat pemberkasan ketiga tersangka agar bisa masuk pengadilan. “Secepatnya kami selesaikan,” katanya.

Ia mempersilahkan tersangka dan kuasa hukumnya untuk berkomentar apa saja di media massa. “Kami sudah mengantongi semua buktinya, tunggu saja,” kata dia menambahkan.

ARIS ANDRIANTO 

Sejumlah 49 Nelayan Cilacap Hilang di Sekitar Pulau Christmas



CILACAP – Pencarian 49 nelayan asal Cilacap yang diterjang Badai Victoria pada Selasa (9/4) malam terus dilakukan oleh nelayan. Pemerintah maupun Tim SAR tak mampu menjangkau lokasi tenggelamnya empat kapal yang membawa 72 anak buah kapal itu.

“Dari proses evakuasi yang dilakukan nelayan, 22 ABK berhasil diselamatkan dan satu ditemukan meninggal dunia,” kata Koordinator Basarnas Pos Cilacap, Tri Joko Priyono, Jumat (19/4).

Empat kapal itu, Tri merinci, yakni kapal Evani 1 dengan bobot mati 87 gross ton. Kapal ini membawa 34 ABK. Dari jumlah itu, delapan ditemukan selamat dan satu orang ditemukan meninggal dunia.

Kapal kedua, Tri melanjutkan, yakni kapal Putra Madura dengan bobot mati 28 gross ton. Kapal ini membawa 16 ABK. Dari jumlah itu, 14 ditemukan selamat dan dua ABK masih dalam pencarian.

Kapal selanjutnya yakni kapal Horizon Jaya Abadi dengan bobot mati 28 gross ton. Membawa delapan ABK, semuanya belum ditemukan. Kapal terakhir yakni kapal Anita Jaya 2 dengan bobot mati 28 gross ton. Membawa 14 ABK dan masih hilang semua.

Tri mengatakan, Basarnas tak mampu melakukan evakuasi karena jauhnya lokasi. Lokasi kejdian diperkirakan sejauh 350 kilometer dari Cilacap.

Wakil Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Cilacap Indon Cahyono mengatakan,  kapal tersebut berasal dari Cilacap, tiga di antarnya jenis longline milik Cong Wan jenis longline dan satu kapal purseine milik Ce Ce. “Dari informasi yang ada, sebagian besar diturunkan di Pelabuhan Ratu Jabar. Namun, tidak tahu nanti, apakah ada yang akan dibawa ke Cilacap,”katanya.

Menurut Indon, peristiwa tenggelamnya empat kapal tersebut terjadi pada Selasa malam akibat terjangan badai Victoria yang ketinggiannya mencapai 7 meter.  

Mantan Ketua Asosiasi Pengusaka Kapal Penangkap Ikan Cilacap, Sanpo mengatakan, keempat kapal itu  berangkat dari Pelabuhan Perikanan Samudra Cilacap (PPSC), sekitar 2 bulan silam. Dari keempat kapal tersebut, tiga kapal merupakan jenis kapal longline untuk menangkap ikan jenis tuna, sedangkan satu kapal lainnya merupakan kapal jenis pursuim yang biasanya digunakan untuk menangkap ikan jenis Cakalang.

Dia juga membantah bila kapal-kapal tersebut tenggelam di sekitar perairan Pulau Christmas yang masuk teritori Australia. ''Nelayan kita tidak ada yang berani kalau sampai masuk ke wilayah perairan negara lain,'' katanya.

ARIS ANDRIANTO

Rabu, 17 April 2013

Situs Batur Lumpang Baturraden











Berkas Kasus Korupsi Unsoed Dilimpahkan Pekan Depan



PURWOKERTO – Kejaksaan Negeri Purwokerto kembali memeriksa Rektor Universitas Jenderal Soedirman Edy Yuwono sebagai tersangka. Pemeriksaan tersebut dilakukan untuk melengkapi berkas sebelum dilimpahkan ke pengadilan tindak pidana korupsi.

“Minggu depan, mudah-mudahan sudah selesai semua,” kata Kepala Seksi Pidana Khusus Kejaksaan Negeri Purwokerto, Hasan Nurodin Achmad, Rabu (17/4).

Edy Yuwono ditetapkan sebagai tersangka dugaan kasus korupsi kerjasama Unsoed dengan PT Aneka Tambang. Dua tersangka lainnya yakni Winarto Hadi dan Suatmadji. Kerugian negara dari korupsi itu diperkirakan mencapai Rp 2 miliar, dari total nilai proyek sebesar Rp 5,8 miliar.

Hasan mengatakan, Edy dipanggil sebagai tersangka untuk ketiga kalinya setelah pemeriksaan kedua tak datang dengan alasan sakit. Pemeriksaan dimulai pukul 09.00 pagi hingg sore hari.

Masih menurut Hasan, Edy kembali diberondong pertanyaan soal kapasitasnya sebagai pemimpin Unsoed. “Soal disposisi pengadaan, latar belakang dan kebijakan yang ia ambil dalam proyek ini,” kata dia.

Ia menambahkan, dua berkas tersangka atas nama Suatmadji dan Winarto Hadi sudah selesai. Selain penyempurnaan berkas Edy, kejaksaan juga sedang menunggu hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (BPKP) yang sedang dalam tahap akhir. “BPKP hanya memastikan berapa nilai kerugian negara, angka pasti ini yang akan dijadikan bukti di pengadilan,” katanya.

Soal penahanan Edy, Hasan mengatakan, dirinya menunggu perintah pimpinan kejaksaan. “Jika diperintahkan, kami siap menahan tersangka,” katanya.

Kuasa hukum Edy, Nurcahyo mengatakan, kliennya diperiksa sebagai tersangka untuk yang kedua kalinya. “Materinya masih sama seperti yang dulu,” kata dia.

Ia optimis Edy bakal lepas dari jeratan hukum. Sebab, kata dia, apa yang dilakukan Edy sudah sesuai dengan prosedur yang berlaku.

Koordinator Monitoring Penegak Hukum KP2KKN Semarang, Eko Haryanto meminta kejaksaan untuk segera melimpahkan berkas korupsi Unsoed ke pengadilan. “Ini sudah terlalu lama, ada apa ini,” katanya geram.  

Selain itu, kata Eko, kejaksaan juga harus segera menahan seluruh tersangka korupsi tersebut. “Ada indikasi tersangka mencoba mengintervensi kasus dengan memanfaatkan pengaruhnya,” kata dia menambahkan.

ARIS ANDRIANTO

Senin, 15 April 2013

Festival Budaya Banyumasan





















Bunglon, Reptil Menakjubkan yang Bersembunyi di Lereng Slamet













Sabtu, 13 April 2013

Menghijaukan Kembali Bukit Teletubbies Dieng



DIENG – Kening Mudasir, tiba-tiba mengkerut. Sejenak ia menghela nafas panjang. Diseruputnya teh hangat setengah manis. Gelap beranjak menuju tengah malam. Di luar rumah, kabut tebal mulai turun  dari perbukitan Dataran Tinggi Dieng. Suhu menunjukan angka 10 derajat celcius.

“Sekitar tahun 1970-an, masih banyak kayu besar. Dieng laksana perbukitan teletubbies yang sangat hijau,” kata dia, Jumat (5/4) pekan lalu.

Ia mengenang, sebelum tahun 1977 sebagian warga Dieng masih menanam tembakau. Setelah tahun itu, penduduk setempat mulai menanam kentang. Kentang mulai ditanam oleh petani kentang Pengalengan Jawa Barat.

Konon, petani Pengalengan mulai merosot produksinya karena lahan di sana sudah sangat rusak. Invasi petani kentang Pengalengan berhasil. Hasil kentang saat itu sangat menggiurkan. Satu hektare lahan bisa menghasilkan 50 ton kentang.

Tergiur dengan keberhasilan penyewa lahan dari Pengalengan, petani lokal pun ikut-ikutan menenam kentang. Kejayaan petani kentang pun terjadi pada tahun 1981. Saat itu, hampir semua pemilik lahan menanam kentang. Perbukitan Dieng yang bak dongen Teletubbies pun berubah. Gundul dan tanpa pohon. Semua berubah menjadi lahan pertanian kentang.

Kehidupan petani pun berubah. Banyak muncul orang kaya baru. Bahkan, petani kentang banyak yang sekedar makan malam di daerah Wonosobo yang berjarak 25 kilometer dari Dieng. Mobil dibeli bak kacang goreng. Rumah mendadak bagus dengan arsitektur art deco. “Mobil diparkir di pinggir jalan karena garasi sudah tak muat lagi,” katanya.

Rusaknya lahan Dieng membuat Mudasir Galau. Tahun 2003, ia bersama pemuda yang peduli mulai merintis pertanian organic. Tahun 2006, perkumpulan dengan nama Pertanian Kami Selaras Alam (Perkasa) pun terbentuk. Ia didapuk menjadi ketuanya.

Malam kian larut. Jaket tebal tak mampu mengurangi dinginnya udara di tempat persemayaman para dewa itu. Pagi harinya, pemandangan berbeda pun terlihat.

Tanaman wortel yang berusia 20 hari itu nampak bagai permadani hijau. Menghampar di punggungan bukit Desa Dieng Kulon Kecamatan Batur Banjarnegara. Sementara di sekelilingnya, tanaman kentang masih menjadi raja dan tampak dominan di daerah itu.

“Kami mulai menanam wortel organik sebagai pengganti tanaman kentang yang selama ini kami tanam,” ujar Kabul Suwoto, 41 tahun, petani sekaligus Sekretaris Perkasa.

Kabul mengatakan, organisasi petani sadar lingkungan itu mulai terbentuk tahun 2006. Perkasa dibentuk sebagai jawaban atas semakin rusaknya lingkungan Dieng akibat pertanian kentang tanpa konservasi lingkungan.

Menurut dia, selama 30 tahun, petani kentang Dieng sudah mengeksploitasi lahan Dieng hingga mengalami kerusakan cukup parah. “Dieng sudah rusak, sangat rusak,” ujarnya.

Bayangkan saja, imbuhnya, saat ini lahan pertanian Dieng hampir tak memiliki top soil atau tanah lapisan atas. Petani menggunakan pupuk kandang yang sangat banyak untuk menanam kentangnya.

Satu hektare lahan kentang, kata dia, membutuhkan sekitar 30 ton pupuk kandang. Ketebalan pupuk itu bahkan mencapai 10 sentimeter. Selain itu, penggunaan pupuk kimia juga luar biasa banyak. Petani biasanya menggunakan pupuk kimia sebanyak 12 kuintal pupuk kimia. Setaip hari, biasanya petani melakukan 2-3 kali penyemprotan dengan pestisida.

Menujrut dia, pola tanam petani selama ini juga ikut menurunkan produksi pertanian. “Dulu bisa penen 30 ton, sekarang paling banyak bisa panen 15 ton tiap hektarnya,” kata dia.

Tingginya penggunaan pupuk juga semakin menambah biaya produksi. Dulu, sekitar 10 tahun lalu, biaya produksi satu hektare lahan kentang hanya membutuhkan Rp 7 juta. Namun, saat ini biaya produksi kentang naik menjadi Rp 15 juta tiap hektarenya.

Selain rusaknya lingkungan, penurunan produksi juga disebabkan hama tanaman yang paling ditakuti petani kentang, yakni NSK atau Nematoda Sista Kuning. Konon hama ini berasal dari Malang Jawa Timur.

Sadar akan lingkungannya yang rusak, Kabul dan Mudasir bersama kawan-kawannya mulai melakukan kampanye tanaman organik. “Awalnya memang membutuhkan lebih banyak biaya, tapi saat ini lebih murah dibandingkan denga cara konvensional,” katanya.

Selain mengembangkan pertanian organik, saat ini mereka juga mengembangkan peternakan organik. Selain sapi, ternak lainnya yang kini menjadi andalan adalah Domba Batur. Domba gendut yang mirip shaun the sheep itu, bahkan bisa menghasilkan wol yang di pasaran laku Rp 7.000 perkilogram.

Budi Santoso, salah satu anggota Perkasa mengatakan, kini kelompoknya sudah mempunyai kawasan pertanian organik Dieng. “Pupuknya kami fermentasi sehingga tidak merusak lingkungan,” katanya.

Penggunaan pupuk sendiri saat ini sudah dikurangi hingga 30 persen. Pestisida juga sudah tak digunakan, mereka lebih memilih menggunakan musuh alami. Selain itu, pertanian monokultur yang selama ini hanya menanam kentang juga mulai diubah. Mereka menanam wortel dan tanaman lain berselang-seling. “Ternyata, dengan menggunakan sistem selang-seling, NSK bisa hilang,” katanya.

Ia sendiri sudah tiga tahun tak menanam kentang untuk membunuh hama NSK. Kini, ia bisa makan wortel langsung dari kebun tanpa takut wortelnya mengandung pestisida tingkat tinggi. Hal itu sangat berbeda dengan jaman dulu, ketika buah kentang mengandung pestisida yang cukup tinggi.

Kepala Desa Dieng Kulon, Slamet Budiyono mengatakan, saat ini anggota Perkasa berjumlah 127 petani. “Cukup susah mengubah pola pikir masyarakat, mereka sudah terlalu lama menggunakan pola tanam yang salah,” katanya.

Ia berharap, warganya segera mengubah pola tanam yang selama ini cukup merusak lingkungan. ia sendiri mentargetkan, tahun 2014 petani bisa swasembada benih kentang organik.

Salah seorang dokter Puskesmas Dieng Kulon membenarkan ancaman terpaparnya petani akibat pestisida. “Biasanya mereka sesak nafas dan paling berbahaya bisa terkena kanker,” katanya.

Setiap hari, kata dia, sedikitnya 20 warga memeriksakan dirinya ke Puskesmas Dieng Kulon. Ia sendiri tak bisa memastikan jenis penyakit yang paling dominan di desa itu. “Perlu ada tes medis,” ujarnya.

Kepala Dinas Pertanian Banjarnegara, Dwi Atmadji mengatakan, pola tanam petani Dieng memang harus berubah. “Selain merusak lingkungan juga membahayakan kesehatan,” katanya.

Mencari Tambahan Penghasilan di Kuburan



PURWOKERTO – Langit tak begitu biru. Tapi teriknya luar biasa. Suhu udara mencapai 31 derajat celcius. Di sebuah pemakaman di Kelurahan Kober Purwokerto Banyumas, bunga-bunga Kambojaberguguran.

“Bunga Kamboja ini kalau dijual kering bisa laku Rp 95 perkilogram,” kata Supriono, 60 tahun, juru kunci Pemakaman Umum Kober, Jumat (8/3).

Sambil duduk di pinggir batu nisan, ia menunggu satu demi satu bunga berguguran. Dengan tas plastic warna kuning, ia mengumpulkan bunga-bunga itu.

Supriono berkata, ia sudah melakukan pekerjaan itu sejak tahun 1980-an. Hasilnya lumayan. Selain memungut bunga, sesekali ia berjualan di Stasiun Purwokerto.

Dalam sehari, ia bisa menjual hingga dua kilogram bunga kering. Jika langit cerah, bunga bisa kering dalam waktu sehari.

Muniroh, 35 tahun, juga melakukan hal yang sama dengan Supriono. “Apalagi sekarang pekerjaan susah, kami sudah tak boleh berjualan di stasiun,” katanya.

Bunga yang sudah kering, kata dia, akan dibeli oleh seorang pengepul di kelurahan itu. Minyak hasil penyulingan Bunga Kamboja, kata dia, bisa untuk bahan kosmetik.

Tak hanya itu, bunga yang memiliki delapan helai suka dicari orang untuk pesugihan. “Harganya bisa mencapai Rp 500 ribu, tapi sangat jarang bunga dengan delapan helai,” katanya. Rata-rata bungakamboja hanya memiliki lima helai bunga.

Dari berbagai sumber bacaan, Bunga Kamboja memiliki nama latin Plumeria acuminata ait. Nama ini diabadikan dari nama seorang botani asal Prancis bernama Charles Plumier. Ia penemu pertama tanaman ini pada abad ke-16.
Bunga ini jika dikeringkan sempurna bisa untuk menurunkan demam, radang gusi atau tenggorokan dan bibir pecah-pecah. Selain itu juga untuk mengurangi resiko infeksi dan bahkan mampu mencegah kanker paru-paru.

Petani Mulai Bertani di Sekitar Kawah Timbang



BANJARNEGARA – Ratusan petani dan buruh tani yang ladangnya berada di radius 1 kilometer di Kawah Timbang Desa Sumberejo Batur Banjarnegara sudah mulai kembali ke ladangnya. Mereka diperbolehkan menggarap ladangnya setelah diperbolehkan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.

“Mereka sudah mulai bertani hari ini,” kata Anggota Badan Penanggulangan Bencana Daerah Banjarnegara, Andri Sulistiyo, Jumat (12/4).

Ia mengatakan, meski diperbolehkan berladang, petani harus memenuhi lima syarat yang sudah ditentukan. Lima syarat itu yakni, sebelum ke ladang tidak terjadi gempa dalam kurun waktu enam jam.

Syarat yang kedua, kata dia, selama berladang matahari harus dalam kondisi sangat terik. Petani juga akan dikawal petugas geologi yang membawa detektor gas. “Jika terdeteksi ada gas dan berbahaya bagi manusia, maka petani harus segera meninggalkan lokasi,” katanya.

Andri menambahkan, syarat selanjutnya yakni petani harus berkoordinasi dengan petugas geologi. “Mereka harus mematuhi ini,” katanya.

Kepala Desa Sumberejo, Ibrahim mengatakan, ia sudah mensosialisasikan kebijakan baru itu ke petani kentang. “Ini bentuk kompromi karena selama ini banyak petani yang mendekat kawah secara sembunyi-sembunyi,” katanya.

Ia mengatakan, lahan di sekitar kawah yang terbengkalai akibat gas beracun mencapai 50 hektare. Selama ini mereka rugi hingga ratusan juta karena ladang kentang mereka tak bisa ditanami.

Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Surono mengatakan, meski diperbolehkan berladang, status Kawah Timbang masih siaga. “Status belum diturunkan,” katanya.

Dia mengatakan, banyak buruh tani yang menggantungkan hidupnya dari berladang kentang. Setiap harinya, mereka mendapatkan bayaran mulai Rp 20 ribu hingga Rp 50 ribu.

Berdasarkan laporan, kata dia, seringkali petani menerobos pintu masuk yang sudah dipasangi papan peringatan tanda bahaya. “Persyaratan harus tetap dipatuhi petani,” kata dia menegaskan.