Banyumas Extravaganza

Gelaran Budaya Banyumas untuk memperingati HUT Banyumas ke 431.

Kawah Timbang Banjarnegara

Gas beracun Kawah Timbang mengepul mengeluarkan gas beracun.

Batik Maos

Motif alam Batik Maos didominasi nuansa agraris.

Kembang Kamboja

Penjaga makam memanfaatkan waktu luang untuk mencari Kembang Kamboja.

Longsor Brebes

Tim SAR sedang mencari korban yang tertimbun longsor di Desa Plompong Brebes.

Jumat, 24 Agustus 2012

Mengenal Komunitas WPAP Banyumas

PURWOKERTO – Meski jarum jam sudah menunjukan pukul 01.30, Jumat (17/8) dini hari, Ellen tampak masih bersemangat. Berbaju terusan warna putih, ia terlihat menikmati betul momen demi momen. Menuju detik-detik HUT Kemerdekaan RI ke-67, ia bersama puluhan pemuda dari Komunitas Wedha’s Pop Art Portrait (WPAPBanyumas, ikut memasang wajah pahlawan asli Wong Banyumas atau biasa disebut pahlawan ngapakers.

 


Banyumas Kini Punya Sistem Operasi Bahasa Lokal


Purwokerto - Sejumlah komunitas open source di Banyumas membangun sistem operasi dan piranti lunak dengan menggunakan bahasa lokal Banyumasan. Sistem tersebut diharapkan bisa memberdayakan masyarakat pedesaan yang kini mulai bergiat dalam jurnalisme warga. "Saat ini warga yang tidak bisa berbahasa Indonesia sudah bisa membuat berita karena komputer desa sudah menggunakan Bahasa Banyumasan," kata Narwin, Pemimpin Redaksi situs Desa Melung, Kamis (23/8).


Pesona Kabut Dieng
























Selasa, 07 Agustus 2012

Banyumas Disinggahi Puluhan Ribu Burung Migran



PURWOKERTO – Puluhan ribu burung migran mulai terlihat di angkasa Banyumas. Saat ini mereka sedang singgah atau roosting di sekitar daerah aliran sungai Serayu.


Masyarakat Minta Transparansi Pembangunan Pembangkit Geothermal



PURWOKERTO – Proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (Geothermal) di Lereng Gunung Slamet dinilai tidak transparan. Masyarakat di lereng gunung atau dikenal dengan masyarakat Pinggir Alas meminta hak informasi atas pembangunan proyek tersebut. “Kami akan mengirim surat kepada Menteri Kehutanan tentang proses yang serba tidak jelas ini,” kata Kepala Desa Melung, Budi Satrio, Senin (6/8).

“Kami Khawatir Gunung Slamet Akan Gundul”



PURWOKERTO – Tepat pukul 01.00 dini hari, rombongan kecil itu mulai bergerak. Membawa alat seadanya, rombongan mulai mendaki memasuki hutan lindung lereng Gunung Slamet. Bagi mereka, menembus hutan dalam malam pekat, sudah sangat biasa.

Balada Penyelamat Hutan Mangrove Nusakambangan



NUSAKAMBANGAN – Rintik hujan membuat lingkaran-lingkaran kecil memenuhi Selat Nusakambangan. Lingkaran kecil itu sedetik kemudian hilang diterjang hempasan gelombang dari perahu yang melintas. Di kanan-kiri selat, nampak hutan mangrove menghijau mulai beranjak rimbun.

Suhu Dieng Tembus Minus Lima Derajat Celcius



DIENG – Adzan Shubuh baru saja terdengar. Usai makan sahur, Kabul Suwoto bergegas mengambil air wudlu. Nyess…air di kamar mandinya terasa cukup dingin, berbeda dari hari-hari sebelumnya. Sebelum menuju ruang khusus untuk ibadah sholat, ia menyempatkan diri melihat thermometer ruang yang tergantung di dekat pintu masuk rumanya. “Suhunya mencapai minus lima derajat, ini yang paling rendah dibanding dua hari kemarin,” kata Sekretaris Kelompok Tani Kentang Perkasa Dieng Kulon Kecamatan batur, Banjarnegara, Kabul Suwoto, Selasa (31/7).

Aktifis Lingkungan Peringati Hari Migrasi Burung Sedunia



PURWOKERTO -  Sekitar 60 orang dari beberapa kelompok pemerhati lingkungan membentangkan spanduk berisi himbauan Biarkan Burung Bebas di Alam di Bendung Gerak Serayu dan membagikan ratusan stiker, Minggu (27/5). Aksi yang dikoordinir oleh Biodiversity Society ini dilakukan dalam rangka mengkampanyekan penyelamatan lingkungan di kawasan sungai Serayu yang menjadi jalur migrasi burung. Kampanye ini merupakan bagian dari World Migratory Bird Day yang dilaksanakan di berbagai negara di dunia serentak di bulan Mei 2012 ini.

Perburuan Penyu di Nusakambangan Masih Marak



CILACAP – Meski masuk dalam kategori hewan dilindungi, perburuan penyu dan telur penyu di pesisir selatan PulauNusakambangan masih marak dilakukan. Saat ini, hewan tersebut semakin jarang terlihat di pantai yang biasa mereka gunakan untuk menitipkan telurnya itu.


Jumat, 03 Agustus 2012

Mengintip Elang Jawa Membuat Sarang di Lereng Gunung Slamet


Dengan langkah pelan, Irman, berjalan mengendap-endap. Di tangan kanannya tergenggam binokuler. Sementara di tangan kirinya terselip buku catatan dan sebuah bolpoin. Lama ia memicingkan mata mencari sesuatu yang bergerak nun jauh di sana.
“Itu Elang Jawa sedang membuat sarang,” kata Irman, Rabu (20/6).
Irman merupakan satu dari 26 siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Kutasari Purbalingga. Selama tiga hari penuh, mulai dari Minggu (17/6) hingga Rabu (20/6), ia bersama rekan-rekannya melakukan pemetaan dan pendataan keragaman hayati di Gunung Slamet. Gunung dengan ketinggian 3.426 meter di atas permukaan laut itu, selama ini menyimpan berbagai jenis flora dan fauna endemik.

Berpetualang Menyusuri Curug Sabuk Gunung Slamet


Hempasan angin disertai air embun begitu keras terasa. Tubuh serasa bergoyang kebelakang terbawa hempasan angin. Kurang dari lima menit, baju yang melekat sudah basah kuyup. Wajahpun penuh dengan titik-titik air seperti tetes embun di pagi hari.
“Airnya sangat dingin, anginnya kuat sekali,” ujar Tenri Citra Dewai, 20 tahun, Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, Kamis (29/12).

Saat Meneer Belanda Menikmati Lulur Belerang Baturraden



Naik-naik ke puncak gunung…
Tinggi-tinggi sekali…
Kiri-kanan, kulihat saja banyak pohon cemara…
Sepanjang perjalanan menuruni bukit dan menembus hutan rimba Gunung Slamet, lagu it uterus dinyanyikan. Selain lagu naik gunung, mereka juga fasih menyanyikan lagu nina bobo dan burung kakak tua. “Lagunya mudah dihafal dan syairnya pendek,” ujar Suzzane, 22 tahun, salah satu wisatawan dari Nijmegen Belanda di sela-sela tur wisata di Baturraden, Gunung Slamet, Kamis (5/7).