Selasa, 07 Agustus 2012

Perburuan Penyu di Nusakambangan Masih Marak



CILACAP – Meski masuk dalam kategori hewan dilindungi, perburuan penyu dan telur penyu di pesisir selatan PulauNusakambangan masih marak dilakukan. Saat ini, hewan tersebut semakin jarang terlihat di pantai yang biasa mereka gunakan untuk menitipkan telurnya itu.


“Satwa langka ini terancam punah, dan saat ini kami sudah sangat jarang melihat binatang ini bertelur,” kata Petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Tengah Wilayah Cilacap, Dedy Supriyanto, Jumat (6/7).

Dedy mengatakan, penyu hijau (Chelonia mydas) yang biasanya menjadi penguasa di Nusakambangan kini sudah jarang terlihat. Ia menambahkan, kegiatan pencurian telur penyu hijau yang dilindungi itu, masih berlangsung hingga saat ini. Padahal, kata dia, pengawasan dengan cara patrol secara berkala sudah dilakukan, pencurian terus dilakukan.

Menurut dia, jika ketahuan, para pencuri atau pedagang telur penyu bisa dikenai sanksi sebab merupakan hewan yang dilindungi, sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pelestarian Jenis Tumbuhan dan Satwa.

Ketua KUD Mina Saroyo, Untung Jayanto mengatakan, saat ia kecil penyu hijau masih banyak dijumpai di pantai-pantai Cilacap. “Bahkan saat ini ada pantai yang bernama pantai Teluk Penyu karena banyak penyu yang bertelur di situ,” kata dia.

Menurut dia, tahun 1970-an, puluhan penyu hijau sering bertandang ke pantai Cilacap dan Nusakambangan untuk bertelur. Selain di pantai Cilacap, penyu juga sering terlihat di Pantai Permisan, sekitar Sungai Kencana serta pantai di ujung timur selatan Nusakambangan.

Ia menambahkan, pantai selatan yang memiliki pasir yang lembut merupakan lokasi pendaratan nyaman bagi penyu yang akan bertelur. Kondisi demikian  sudah berlangsung  selama puluhan tahun.

Sejak ada perburuan telur,  kata dia, penyu hijau yang singgah dan menitipkan telurnya di Pantai Nusakambangan  mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Khususnya di sekitar pantai Permisan.

Selain itu, adanya peningkatan kegiatan nelayan dan para penyadap disekitar pantai sebelah selatan Nusakambangan juga turut mengakibatkan berkurangnya ruang tempat bertelur penyu hijau untuk mendarat dan bertelur. Saat bertelur, penyu akan mendatangi lokasi saat pertama kali dia dilahirkan, mereka datang pada saat cuaca dingin mulai dari April-Julii. Namun jika sarangnya rusak maka dia akan berpindah ke tempat lain. "Penyu merupakan binatang yang saat sensitif saat bertelur.Gangguan sedikit saja seperti suara berisik atau cahaya lampu dapat membuatnya membatalkan membuat sarang dan bertelur," katanya.

Ia menambahkan, berkurangnya kerapatan vegetasi pantai akibat abrasi dan juga keberadaan predator alami seperti biawak, kadal, tikus, burung laut, kepiting, dan ikan yang memangsa tukik adalah faktor lain yang mengancam habitat dan populasi penyu hijau. Terlebih lagi, kadal, tikus, biawak bahkan bisa melacak telur penyu yang tertimbun dalam pasir.

0 komentar:

Posting Komentar