Kamis, 08 November 2012

Seekor Elang Jawa Dilepasliarkan di Gunung Slamet



PURWOKERTO – Balai Konservasi Sumber Daya Alam, Suaka Elang, Biodiversity Commuinity Banyumas dan masyarakat Desa Melung Banyumas, akan melepasliarkan seekor elang jawa (Nisaetus bartelsi) di lereng Gunung Slamet. Elang tersebut merupakan hasil sitaan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Barat yang selama empat tahun sebelumnya sudah menjalani rehabilitasi. “Ini merupakan pelepasliaran yang ke delapan sejak 2007 dan pertama kali di Jawa Tengah,” kata Pengelola Suaka Elang, Yandri Kurniawan, Kamis (8/11).

Saat ini, kandang habituasi, semacam kandang untuk penyesuaian sebelum dilepasliarkan, sudah di bangun di dekat bukit Cendana lereng Gunung Slamet. Rencananya, elang tersebut akan dilepas pada 14 November pekan depan.

Yandri mengatakan, sebelum menjalani rehabilitasi di Suaka Elang, elang Jawa ini sempat ditempatkan di Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Gadog, Bogor, Jabar, sekitar dua tahun. Saat ini, usia elang diperkirakan mencapai empat hingga lima tahun.
   
Ia menyebutkan, tidak ada batasan waktu kapan elang dapat dilepaskan, dia mengatakan, Suaka Elang memiliki ukuran sampai sejauh mana elang tersebut sudah dalam kondisi siap dilepasliarkan kembali.  "Artinya, kalaupun elang merupakan serahan masyarakat atau sitaan dan sebagainya, setelah dinilai sekiranya elang itu bisa di-'release', akan secepatnya di-'release'. Akan tetapi kalau masih perlu direhabilitasi atau belum siap diliarkan kembali, kita akan memroses itu agar elang kembali liar," katanya.

Menurut dia, elang akan semakin lama menjalani rehabilitasi jika sudah dipelihara sejak kecil. Mengembalikan naluri liar elang menurut Yandri membutuhkan waktu yang sangat lama. “Dibandingkan menangkapnya, melepas kembali justeru lebih sulit,” katanya.

Ia menyebutkan, saat ini elang jawa merupakan satwa yang masuk kategori terancam punah. Di Gunung Salak saja, kata dia, saat ini tercatat hanya ada 40 pasang.
    
Menurutnya, jenis kelamin elang Jawa yang akan dilepasliarkan belum bisa dipastikan.  "Kita juga masih menunggu informasi dari pihak-pihak yang memiliki teknologi, karena secara langsung elang memang tidak bisa disamakan dengan satwa lain seperti burung atau ayam yang terlihat jenis-jenis perbedaannya," kata dia menjelaskan.
   
 Menurut dia, hal ini disebabkan elang secara fisik relatif sama sehingga baru bisa ditentukan menjadi satu pasangan jika telah berada dalam satu sarang.  Ia mengatakan, pihaknya saat ini sedang mengamati beberapa sarang di kawasan Gunung Salak yang telah ada pasangan elang dan anaknya. "Namun secara langsung, kami belum bisa menentukan yang mana jantan dan betinanya meskipun telah ada anak-anaknya. Hanya saja, asumsi kami bahwa yang betina ukurannya relatif lebih besar. Kami berharap suatu saat ada teknologi yang bisa menentukan kelamin elang," katanya.

 Endi Suryo, Polisi Hutan BKSDA Jawa Tengah wilayah Cilacap mengatakan, di Jawa Tengah persebaran elang jawa hanya tinggal di Gunung Slamet, Merapi, Merbabu, Dieng, serta hutan di Pemalang. “Kami akan mulai mendata kembali berapa populasinya,” kata dia.

Ia menyebutkan, elang jawa merupakan satwa yang terancam punah dan masuk kategori dilindungi. “Siapapun tidak boleh memeliharanya,” kata dia menegaskan.

Koordinator  Biodiversity Comuunity Banyumas, Timur Sumardiyanto mengatakan, selain elang jawa, spesies raptor banyak terdapat di Gunung Slamet. “Ada elang hitam, bido, ular dan raptor migrant lainnya terlihat di gunung slamet,” katanya.

Menurut dia, elang Jawa yang hampir punah ini merupakan endemik Pulau Jawa. Keberadaanya terus berkurang karena perburuan liar dan semakin sempitnya habitat burung ini.

Kepala Desa Melung Budi Satrio mengatakan, pelepasliaran ini merupakan bentuk kepedulian masyarakat Melung terhadap konservasi satwa terutama elang jawa. “Kami akan membuat perdes yang melarang perburuan elang jawa dan satwa lainnya,” kata dia.

Menurut dia, pemerintah seharusnya memikirkan kembali rencana pembangunan pembangkit listrik panas bumi yang dinilai bisa memfragmentasi habitat elang jawa. “Kami tidak menolak, tapi nanti bagaimana dengan habitat elang jawa,” katanya.


0 komentar:

Posting Komentar