PURWOREJO – Papan nama penanda proyek PT Aneka
Tambang dengan Universitas Jenderal Soedirman itu masih berdiri tegak. Di lahan
pasir bekas tambang itu, suara-suara berbisik tentang pusaran korupsi mulai
terdengar nyaring.
“Tiga tahun berjalan, masyarakat di sini masih belum tersentuh,” kata Budi Harsoyo, Pengurus Gabungan Kelompok Tani Maju Makmur Desa Munggangsari, Kecamatan Grabag Purworejo, Minggu (17/2).
Letak proyek pertanian terpadu hasil kerjasama PT
Antam dengan Unsoed agak menjorok ke dalam. Jaraknya sekitar setengah kilometer
dari jalan utama Jalur Selatan-Selatan. Letaknya berada persis di Pantai
Ketawang.
Di lokasi seluas 5,5 hektare itu, sejumlah bangunan
tampak tak terurus. Ada kandang sapi, kambing, ayam, kolam ikan, pembenihan dan
lahan pertanian. Berbagai jenis tanaman tampak ditanam di area itu.
Pemandangan itu, bagi Budi, bukan berarti apa-apa. Asa
yang tergantung pada saat awal pembangunan proyek itu, sempat membuat hatinya
berbunga-bunga.
Betapa tidak, Rektor Unsoed, Edy Yuwono yang pada 20
Desember 2012 melakukan panen perdana, dengan berapi-api menyatakan petani bisa
memperoleh penghasilan sebesar Rp 60 juta per bulan tiap hektarenya.
Lahan pasir
bekas tambang pasir besi PT Antam itu mulai digarap Unsoed tahun 2009. Budi
ingat betul, saat awal diajak menggarap lahan, mereka diberi slogan
pemberdayaan masyarakat. “Tapi justeru kami yang diberdayai,” katanya.
Tujuan tak terpenuhi. Target tak tercapai. Adapun penambahan
ilmu yang dijanjikan, juga tak ada bekasnya. Ia menyatakan, petani bahkan harus
merugi jika menggunakan teknologi yang digunakan oleh sejumlah dosen Unsoed
itu.
Ia menyebutkan, dirinya dan petani lain sudah
bertani di lahan pasir sejak tahun 1990. Hasilnya juga bagus seperti pertanian
di sekujur pesisir selatan Kebumen hingga Yogyakarta. Tak butuh ilmu yang
neko-neko untuk mendapatkan hasil panen yang bagus. “Kami yang menanam cabai
dan berhasil, hasilnya diklaim mereka,” katanya.
Giran Gani, petani lainnya yang ikut program itu
mengatakan, anggaran untun proyek itu sebenarnya cukup banyak. “Mungkin sekitar
Rp 7 miliar,” katanya.
Menurut dia, program pemberdayaan yang selama ini
dijanjikan sama sekali tak terbukti. Bukannya mempekerjakan petani setempat,
pekerja bahkan didatangkan dari tempat lain.
Ia ingat betul, Antam pernah mengeluarkan dana dalam
beberapa termin. Pada 2010, pernah ada uang sekitar Rp 600 juta dan Rp 1,5
miliar, tapi sama sekali tak sesuai dengan pembangunan fasilitas.
Awal 2011, kata dia, sesuai proposal seharusnya ada
pengadaan 65 ekor sapidan 122 ekor kambing. Tapi hingga saat ini, wujudnya
tidak ada sama sekali.
Soal pertanian, teori yang digunakan Unsoed, kat
dia, bahkan kalah dengan pengalamannya bertani selama ini. Hasilnya jauh lebih
banyak jika dibandingkan dengan menggunakan teori ala Unsoed. “Bahkan kalau
pameran, bawang merah saya yang dipajang,” katanya.
Pujianto, Kepala Desa Munggangsari Kecamatan Grabag
Purworejo mengatakan, manajemen keuangan proyek itu memang tertutup. “Pada mata
anggaran tertulis sekian, tapi yang keluar sekian,” katanya.
Ia mengatakan, awalnya proyek tersebut direncanakan
akan mengolah lahan bekas tambang di empat desa. Empat desa itu yakni
Munggangsari, Ketawangrejo, Patutrejo dan Harjobinangung. “Tapi hingga saat ini
hanya ada di Munggangsari saja,” katanya.
Kerjasama PT Antam dengan Unsoed ditandangani pada
24 Mei 2010. Menurut Sumber Tempo yang pernah terlibat dalam proyek ini, proyek
ini diajukan oleh Unsoed dengan nilai Rp 9 miliar. Namun hanya disetujui Rp 5,8
miliar.
Dana tersebut turun dalam tiga termin. Termin
pertama sejumlah 55 persen pada September 2011. Termin kedua besarnya mencapai
35 persen dan termin terakhir yang turun pada awal tahun ini mencapai 10
persen.
Dari total dana proyek, sebesar 10 persen
dikembalikan kepada Suatmadji, Manager Post Mining CSR PT Antam. Suatmadji diperkirakan
mendapat Rp 580 juta atas jasanya ikut menggolkan proyek itu.
Suatmadji sempat terdeteksi datang ke Purwokerto
pada Sabtu (16/2) malam. Pagi harinya, kata seorang sumber, ia melakukan
koordinasi dengan pejabat teras Unsoed untuk menghadapi kasus dugaan korupsi
ini.
Tempo berusaha mengkonfirmasi informasi itu. Hotel tempat
ia menginap didatangi. Hingga tengah malam, ia tak muncul juga. Saat dihubungi,
Suatmadji sempat mengangkatnya. Namun saat Tempo memperkenalkan diri, ia
buru-buru mematikan ponselnya. Hingga saat ini, nomer ponselnya sudah tak aktif
lagi.
Kepala Seksi Pidana Khusus Kejaksaan Negeri
Purwokerto, Hasan Nurudin Achmad mengaku belum tahu persis jadwal pemeriksaan
Suatmadji. “Saat ini saya sedang libur, besok akan saya lihat arsip
pemanggilannya,” kata dia. Selain Unsoed, kerjasama serupa juga dilakukan
dengan UGM dan IPB.
Menurut sumber Tempo di Kejaksaan Negeri Purwokerto,
Suatmadji akan diperiksa pada Selasa (19/2). Selain dia, Rektor Unsoed Edy
Yuwono juga diagendakan diperiksa kembali pada Senin (18/2). Pada pemanggilan
pertama, Edy mengeluhkan sakit pencernakan sehingga pemeriksaan tak
dilanjutkan.
Kasus dugaan korupsi di Unsoed sejauh ini melibatkan
sejumlah petinggi kampus negeri itu. Selain Edy Yuwono, nama lain yang
disebut-sebut terlibat yakni, Saparso, Budi Rustomo, Muhamad Bata, dan Winarto
Hadi.
Kejaksaan sudah menyita empat mobil yang diduga
dibeli dari dana proyek itu. Empat mobil itu menggunakan nama pribadi dalam
surat kendaraannya.
Pembantu Rektor II Unsoed, Eko Haryanto membantah
ada korupsi di Unsoed. "Saya tidak tahu, karena bukan anggota tim,” kata
dia kepada wartawan saat menggelar jumpa pers dan diakhiri dengan bagi-bagi
amplop kepada sejumlah wartawan dari media tertentu.
Dia mengatakan, hibah terikat dari PT Antam ini
telah berlangsung sejak 2011, sedangkan kegiatan yang dilakukan berupa
pengelolaan lahan pertanian terpadu. Menurut dia, lahan bekas tambang pasir
besi PT Antam di Kabupaten Purworejo telah dihijaukan sebagai lahan pertanian
dan peternakan oleh Unsoed.
Ia mengaku
khawatir PT Antam tidak lagi menyalurkan dana hibah kepada Unsoed Purwokerto
pascakasus ini. "Padahal, dari sejumlah perguruan tinggi yang mendapat
dana hibah terikat dari Antam, hanya Unsoed yang dinilai paling bagus, lainnya
berantakan," katanya.
0 komentar:
Posting Komentar