Kamis, 21 Februari 2013

Pusaran Korupsi di Lahan Pasir Berbisik


PURWOREJO – Papan nama penanda proyek PT Aneka Tambang dengan Universitas Jenderal Soedirman itu masih berdiri tegak. Di lahan pasir bekas tambang itu, suara-suara berbisik tentang pusaran korupsi mulai terdengar nyaring.


“Tiga tahun berjalan, masyarakat di sini masih belum tersentuh,” kata Budi Harsoyo, Pengurus Gabungan Kelompok Tani Maju Makmur Desa Munggangsari, Kecamatan Grabag Purworejo, Minggu (17/2).

Letak proyek pertanian terpadu hasil kerjasama PT Antam dengan Unsoed agak menjorok ke dalam. Jaraknya sekitar setengah kilometer dari jalan utama Jalur Selatan-Selatan. Letaknya berada persis di Pantai Ketawang.

Di lokasi seluas 5,5 hektare itu, sejumlah bangunan tampak tak terurus. Ada kandang sapi, kambing, ayam, kolam ikan, pembenihan dan lahan pertanian. Berbagai jenis tanaman tampak ditanam di area itu.

Pemandangan itu, bagi Budi, bukan berarti apa-apa. Asa yang tergantung pada saat awal pembangunan proyek itu, sempat membuat hatinya berbunga-bunga.

Betapa tidak, Rektor Unsoed, Edy Yuwono yang pada 20 Desember 2012 melakukan panen perdana, dengan berapi-api menyatakan petani bisa memperoleh penghasilan sebesar Rp 60 juta per bulan tiap hektarenya.

Lahan  pasir bekas tambang pasir besi PT Antam itu mulai digarap Unsoed tahun 2009. Budi ingat betul, saat awal diajak menggarap lahan, mereka diberi slogan pemberdayaan masyarakat. “Tapi justeru kami yang diberdayai,” katanya.

Tujuan tak terpenuhi. Target tak tercapai. Adapun penambahan ilmu yang dijanjikan, juga tak ada bekasnya. Ia menyatakan, petani bahkan harus merugi jika menggunakan teknologi yang digunakan oleh sejumlah dosen Unsoed itu.

Ia menyebutkan, dirinya dan petani lain sudah bertani di lahan pasir sejak tahun 1990. Hasilnya juga bagus seperti pertanian di sekujur pesisir selatan Kebumen hingga Yogyakarta. Tak butuh ilmu yang neko-neko untuk mendapatkan hasil panen yang bagus. “Kami yang menanam cabai dan berhasil, hasilnya diklaim mereka,” katanya.

Giran Gani, petani lainnya yang ikut program itu mengatakan, anggaran untun proyek itu sebenarnya cukup banyak. “Mungkin sekitar Rp 7 miliar,” katanya.

Menurut dia, program pemberdayaan yang selama ini dijanjikan sama sekali tak terbukti. Bukannya mempekerjakan petani setempat, pekerja bahkan didatangkan dari tempat lain.

Ia ingat betul, Antam pernah mengeluarkan dana dalam beberapa termin. Pada 2010, pernah ada uang sekitar Rp 600 juta dan Rp 1,5 miliar, tapi sama sekali tak sesuai dengan pembangunan fasilitas.

Awal 2011, kata dia, sesuai proposal seharusnya ada pengadaan 65 ekor sapidan 122 ekor kambing. Tapi hingga saat ini, wujudnya tidak ada sama sekali.

Soal pertanian, teori yang digunakan Unsoed, kat dia, bahkan kalah dengan pengalamannya bertani selama ini. Hasilnya jauh lebih banyak jika dibandingkan dengan menggunakan teori ala Unsoed. “Bahkan kalau pameran, bawang merah saya yang dipajang,” katanya.

Pujianto, Kepala Desa Munggangsari Kecamatan Grabag Purworejo mengatakan, manajemen keuangan proyek itu memang tertutup. “Pada mata anggaran tertulis sekian, tapi yang keluar sekian,” katanya.

Ia mengatakan, awalnya proyek tersebut direncanakan akan mengolah lahan bekas tambang di empat desa. Empat desa itu yakni Munggangsari, Ketawangrejo, Patutrejo dan Harjobinangung. “Tapi hingga saat ini hanya ada di Munggangsari saja,” katanya.

Kerjasama PT Antam dengan Unsoed ditandangani pada 24 Mei 2010. Menurut Sumber Tempo yang pernah terlibat dalam proyek ini, proyek ini diajukan oleh Unsoed dengan nilai Rp 9 miliar. Namun hanya disetujui Rp 5,8 miliar.

Dana tersebut turun dalam tiga termin. Termin pertama sejumlah 55 persen pada September 2011. Termin kedua besarnya mencapai 35 persen dan termin terakhir yang turun pada awal tahun ini mencapai 10 persen.

Dari total dana proyek, sebesar 10 persen dikembalikan kepada Suatmadji, Manager Post Mining CSR PT Antam. Suatmadji diperkirakan mendapat Rp 580 juta atas jasanya ikut menggolkan proyek itu.

Suatmadji sempat terdeteksi datang ke Purwokerto pada Sabtu (16/2) malam. Pagi harinya, kata seorang sumber, ia melakukan koordinasi dengan pejabat teras Unsoed untuk menghadapi kasus dugaan korupsi ini.

Tempo berusaha mengkonfirmasi informasi itu. Hotel tempat ia menginap didatangi. Hingga tengah malam, ia tak muncul juga. Saat dihubungi, Suatmadji sempat mengangkatnya. Namun saat Tempo memperkenalkan diri, ia buru-buru mematikan ponselnya. Hingga saat ini, nomer ponselnya sudah tak aktif lagi.

Kepala Seksi Pidana Khusus Kejaksaan Negeri Purwokerto, Hasan Nurudin Achmad mengaku belum tahu persis jadwal pemeriksaan Suatmadji. “Saat ini saya sedang libur, besok akan saya lihat arsip pemanggilannya,” kata dia. Selain Unsoed, kerjasama serupa juga dilakukan dengan UGM dan IPB.

Menurut sumber Tempo di Kejaksaan Negeri Purwokerto, Suatmadji akan diperiksa pada Selasa (19/2). Selain dia, Rektor Unsoed Edy Yuwono juga diagendakan diperiksa kembali pada Senin (18/2). Pada pemanggilan pertama, Edy mengeluhkan sakit pencernakan sehingga pemeriksaan tak dilanjutkan.

Kasus dugaan korupsi di Unsoed sejauh ini melibatkan sejumlah petinggi kampus negeri itu. Selain Edy Yuwono, nama lain yang disebut-sebut terlibat yakni, Saparso, Budi Rustomo, Muhamad Bata, dan Winarto Hadi.

Kejaksaan sudah menyita empat mobil yang diduga dibeli dari dana proyek itu. Empat mobil itu menggunakan nama pribadi dalam surat kendaraannya.

Pembantu Rektor II Unsoed, Eko Haryanto membantah ada korupsi di Unsoed. "Saya tidak tahu, karena bukan anggota tim,” kata dia kepada wartawan saat menggelar jumpa pers dan diakhiri dengan bagi-bagi amplop kepada sejumlah wartawan dari media tertentu.

Dia mengatakan, hibah terikat dari PT Antam ini telah berlangsung sejak 2011, sedangkan kegiatan yang dilakukan berupa pengelolaan lahan pertanian terpadu. Menurut dia, lahan bekas tambang pasir besi PT Antam di Kabupaten Purworejo telah dihijaukan sebagai lahan pertanian dan peternakan oleh Unsoed.

 Ia mengaku khawatir PT Antam tidak lagi menyalurkan dana hibah kepada Unsoed Purwokerto pascakasus ini. "Padahal, dari sejumlah perguruan tinggi yang mendapat dana hibah terikat dari Antam, hanya Unsoed yang dinilai paling bagus, lainnya berantakan," katanya.


0 komentar:

Posting Komentar